Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Kamis, 30 Desember 2010

Selama di perjalanan Djohan seram sejuk dengan cara Redo melarikan kereta. Ngebut di jalan raya dengan menyalip kereta lainnya. Djohan ikut tegang selama dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

Redo terus mengajak Djohan ke bilik pasien. Dalam hati Djohan bertanya-tanya apa yg telah terjadi pada diri Marina? Apakah dia telah nekad merencanakan bunuh diri? Atau ada lain hal yg mencemaskan?

Tapi belum sampai di bilik pasien, Djohan sudah disambut oleh kedua orang tua Marina.
Dengan bersikap tenang, Purba Ayah Marina mengajak Djohan ke sebuah tempat yg tenang.

"Sudah tahu apa yg terjadi pada diri Marina?" tanya Purba sambil menatap wajah Djohan tajam. Mata Purba bagaikan kilat yg menyambar nyambar ke wajah Djohan.

"saya belum tahu,pak."

sebuah tamparan melayang di pipi Djohan keras sekali. Djohan terhuyung huyung ke belakang. Lalu di susul tamparan yg bertubi tubi ke muka Djohan.

"Lelaki bajingan!!" herdik Purba geram.

Djohan mengusap usap pipinya bekas tamparan ayah Marina dengan ketakutan.

"kalau tak nak bertanggung jawab, kubunuh kau!!" ancam Purba geram.

"Saya... saya akan bertanggung jawab, pak."

"Benar?!"

"Benar, pak."

"Tengoklah penderitaan Marina. Dia sangat memerlukan rasa tanggung jawabmu!" perintah Purba.

"Baik pak."

Djohan berjalan menuju kamar yg dihuni Marina. Sebentar sebentar Djohan mengusap usap bekas tamparan ayah Marina yg ngilu.
Tangan Redo yg berjalan di sisi Djohan terasa gatal ingin pula menghajar pemuda itu.

Begitu Djohan melihat keadaan Marina sangat kasihan sekali. Perlahan lahan dikecupnya kening gadis itu. Bagai mendapat kekuatan, mata Marina membuka sedikit demi sedikit. Setelah terbuka lebar, orang orang yg mengelilinginya di perhatikan satu persatu.

"mama!" panggil Marina.

Ningrum segera memeluk Marina. Ibu dan anak ini sama sama menangis. Suasana seperti ini memeras perasaan yg melihatnya jadi turut bersedih.

"Ampuni kesalahan Marina, ma. Marina telah melanggar nasehat mama dan papa. Marina telah membuat malu kehormatan keluarga. Ampuni Marina ma..," ratap Marina di sela sela isak tangisnya.

"Papa dan mama memberikan ampun padamu,anakku. Cepatlah sembuh dan kembali ke rumah."

"papa!" panggil Marina.
Purba bergantian memeluk anak gadisnya.

"Ampunilah kesalah Marina, pa."

"Semua ini kesalahan papa dan mama, terlalu memberikan kebebasan padamu," kata ayahnya parau.

Di dalam pelukan ayahnya, mata Marina menangkap wajah Djohan. Pelan pelan Marina melepaskan pelukan pada tubuh ayahnya dan menatap Djohan dengan bengis. Di mata Marina terpancar kebencian dan dendam.

"Aku tak sudi lagi melihat tampangmu! Pergilah kau!" kata Marina penuh kebencian.

Tapi Djohan berjalan mendekati. Kedua matanya berkaca kaca sedangkan wajahnya nampak sedih. Bekas tamparan ayah Marina kelihatan membiru di pipi kanan Djohan.

"Marina...," panggil Djohan lunak.

Tapi Marina membuang muka. Dia tak sudi melihat wajah Djohan.

"Marina,kita akan segera menikah," kata Djohan.

Mata Marina tetap memandang kesamping. Dia benci melihat Djohan. Semua yg ada di ruangan itu hanya diam saja. Mata Redo sudah berkilat kilat memandang Djohan hampir tak berkedip. Djohan bagaikan pencuri yg ketangkap basah.

Hati hati sekali Djohan memberanikan diri memegang tangan Marina. Lembut dan penuh perasaan.

"Kau nak memaafkan aku?" tanya Djohan memelas.
Marina tetap tak bereaksi.

"Marina, kita akan segera menikah," ulang Djohan mantap.

Perlahan lahan Djohan menarik tangan Marina mendekat ke hidungnya. Lembut sekali Djohan mencium tangan Marina. Ciuman Djohan meluluhkan kebencian gadis itu. Marina menggerakkan kepalanya sehingga persis menghadap Djohan. Mata yg berlinangan air bening itu memandang wajah kekasihnya. Berbinar binar kebahagiaan. Djohan segera mencium kening Marina.

"Djohan...," panggil Marina lirih.

"Ya?"

"Benarkah apa yg kau katakan?" Djohan mengangguk mantap.

"Kita akan segera menikah," Ujar Djohan.

Perasaan yg bergejolak di dada Marina hampir tak dapat di bendung lagi. Ingin dia berteriak kegirangan. Ingin menangis sepuas puasnya guna melebur segala kedukaan yg dialami. Tapi yg dapat di lakukan Marina hanyalah memeluk Djohan. Air matanya berlinang dan bibirnya tersenyum bahagia. Apa yg diharapkan Marina akan menjadi.

Yang hadir di ruangan itu merasa lega hatinya. Lebih lebih kedua orang tua Marina. Mereka saling berpandangan dan tersenyum.

*****

ketika berada ditengah tengah keluarga Burnama yg berbahagia, perasaan Djohan bagaikan terhimpit.selama 3thn tinggal bersama keluarga paman Burnama banyak kemajuan yg di perolehnya. Masa kecilnya demikian menderita. Tapi agaknya kemiskinan yg mendera dirinya menjadikan Djohan berjuang melawan penderitaan. Jiwanya tabah dan ulet. Dia tak tahan akan penderitaan dan silau kemewahan.

Dalam usia muda, Djohan mencari nafkah untuk membiayai ke bangku sekolah lanjutan atas. Melalui perjuangan menjadi buruh pelabuhan mampu mengatasi kesulitan hidup. Berkat keuletan dan keberaniannya, membuahkan banyak pengalaman di bidang bisnis.

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar