Kereta yg dikemudikan Djohan berhenti di sebuah Restauran mewah. Banyak juga pengunjung di restauran itu. Namun ketika Djohan dan Rita masuk, belum terlihat kedua orang tuanya. Mungkin sedang dalam perjalanan menuju kesini, bisik hati Rita. Rita mengajak Djohan mengambil tempat duduk di sudut ruangan.
"Papa dan mama masih belum datang," gumam Rita
"Kita tunggu saja."
"nak makan apa?" tanya Rita.
"Nasi goreng."
"Minumnya?"
"Coca Cola"
Rita menulis pada selembar kertas dan di berikan kepada pelayan. Tak lama kemudian datanglah kedua orang tua Rita. Kedatangan mereka disambut lambaian tangan Rita manja. Lalu kedua orang tua itu menghampiri anak gadisnya.
"Selamat siang, ayah. Selamat siang, ibu." Djohan melemparkan senyum
"Sudah lama menunggu?" tanya Burnama
"Baru lima menit."
kedua orang tua itu mengambil tempat duduk berhadapan dengan Rita. Rita duduk berdampingan Djohan. Semua menampakkan wajah cerah dan gembira.
"Ayah dan ibu nak pesan apa?" tanya Djohan.
"Sama seperti kalian," jawab Burnama
keharmonisan begitu tercipta di dalam keluarga Burnama. Mereka menikmati makan siang penuh kebahagiaan. Hal itu menjadikan perhatian pengunjung restauran.
"Ada hal yg serius ingin kubicarakan di sini, Djohan." kata Burnama setelah makan siang selesai.
Pandangan Djohan begitu risau. Tapi budi kebaikan keluarga Burnama mengikat dirinya sehingga tak kuasa menolak.
"Saya hanya pasrah," kata Djohan lemah
"Nah, itu baru anak yg baik. Tak sia sia aku mendidikmu sampai menjadi orang jutawan. Semua harta dan perusahaan akan kulimpahkan atas nama kalian berdua," ujar Burnama gembira sekali.
"Jadi bulan depan kalian akan melangsungkan pernikahan. Ibu gembira sekali, Djohan."
Rosmari menuturkan dengan wajah berseri seri. Apa yg di harapkan akan menjadi kenyataan.
Selesai merundingkan rencana Pernikahan antara Djohan dan Rita, mereka meninggalkan restauran. Djohan tak kembali ke kantor ikut pulang ke rumah calon mertua. Selama di perjalanan hatinya hancur berkeping keping. Ingat Marina. Istrinya pasti akan menderita akibat keputusan yg telah di sanggupi oleh Djohan. Djohan akan menikah dengan Rita. Hampir saja tak dapat membendung jatuhnya air mata. Ingin dia menangis menyesali kenyataan yg akan dijalani. Sebab ia tak kuasa menolak permintaan kedua orang tua Rita.
*****
imbas kembali perbincangan di restauran:
"Tentang apa, ayah?"
"Sejak dulu ayah merencanakan perkawinan kalian berdua. Aku ingin melihat anakku dapat berbahagia. Juga menghendaki perusahaanku tetap berjalan lancar. Rita sudah berhasil menyelesaikan studynya di Jerman. Dan Djohan pandai mengelola perusahaan sampai sekarang tambah maju. Kalian adalah pasangan yg ideal yg kelak akan hidup bahagia. Maka untuk lebih baiknya kalian berdua akan segera kami nikahkan," ucap Burnama.
Denyut jantung Djohan bagaikan terhenti. Napasnya sesak. Tapi dia tetap berusaha untuk tenang menghadapi kenyataan.
"Bagaimana, Djohan?" tanya Burnama.
Djohan tertunduk sambil berpikir.
"Berilah saya waktu untuk berpikir, ayah."
"Apalagi yg kau susahkan?" tanya ibu Rita.
" Menghendaki pesta besar besaran? Okey." Burnama menimpali.
"Bukan itu..."
"Apa Djohan,katakanlah."
"Berilah saya waktu yg cukup panjang."
"Nak tunggu apalagi pakai mengulur waktu?"
Djohan terpojok. Dia tak bisa memberikan alasan yg tepat.
"Rencana ayahmu sudah baik, Djohan." Rosmari menasehati Djohan.
*****
Tengah malam Djohan turun dari pembaringan pelan pelan. Diperhatikan gadis yg sejak tadi tidur di sisinya. Sudah tertidur pulas, kata hati Djohan. Di ambilnya pakaian yg tergantung di kapstok dan membuka kimono yg menutupi badannya. Selesai mengenakan pakaian, Djohan dengan berhati hati meninggalkan bilik itu.
Keadaan di dalam rumah itu hening dan sepi. Seluruh penghuninya sudah tertidur lelap. Djohan berjalan pelan pelan menuju garaj kereta.
Ketika Djohan hendak membuka pinta garaj sesosok tubuh menghampiri.
"Siapa itu!" terdengar suara cukup lantang. Djohan terkejut dan menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata penjaga rumah yg belum tidur.
"Ssssstt!" desis Djohan sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.
"Ooh, tuan Muda."
"Tolong bantu aku mengeluarkan kereta," kata Djohan lirih.
"Nak ke mana malam malam,Tuan?" tanya penjaga itu.
"Sudah jangan banyak tanya. Cepat bantu membukakan pintu halaman dan mendorong kereta.
"Baik, tuan."
penjaga itu lari menuju pintu halaman. Di bukanya gembok pintu pagar halaman. Setelah membuka pintu halaman lebar lebar, penjaga itu kembali ke garaj dan mendorong kereta Djohan. Kereta yg didorong penjaga itu bergerak maju perlahan lahan. Jantung Djohan berdenyut tak teratur. Keringat dingin mengucur di sekujur badannya.
"Cepat tutup kembali pintu halaman. Kalau ditanya tuan atau siapapun cakap tak tahu," perintah Djohan setelah kereta berada di jalan.
"Ya, tuan." penjaga itu mengangguk dan menutup pintu pagar halaman.
Djohan menghidupkan mesin kereta. Buru buru dia melarikan kereta meninggalkan tempat itu. Djohan menghela napas lega.
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Kamis, 30 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar