Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Rabu, 26 Januari 2011

Kurengkuh Duka Nestapamu! 17

Semakin tak bergairah hidup Marina. Semakin parah sakit hatinya. Semakin kurus tubuh Marina kerna terlampau banyak memikirkan jalan hidupnya. Hidup yg terombang ambing dalam tidak kepastian. Dua tahun Marina hidup dalam kesepian sejak Djohan menikah lagi. Namun sebagai seorang istri yg baik Marina tak ingin melanggar kesetiaan. Tetap bertahan mengarungi kesepian dan penderitaan batin.

Dalam melintasi waktu yg silih berganti tak luput dari godaan lelaki. Hal ini memang tak mengherankan lagi. Marina mempunyai daya pikat yg mudah menjatuhkan hati setiap lelaki di samping wajahnya yg cantik. Hingga suatu sore ketika Marina pulang kantor seorang pemuda menunggu di dalam kereta. Marina yg siap membuka pintu kereta antar jemput itu jadi terkejut sebab yg duduk di belakang stir itu bukan sopir biasanya. Namun pemuda yg duduk di belakang stir itu buru buru melempar senyum pada Marina.

"Naiklah. Sopir yg biasanya mengantar tak masuk." ucap pemuda itu.

Marina agak ragu ragu membuka pintu kereta. Pemuda itu bertindak cepat membukakan pintu itu dan mempersilahkan Marina segera duduk. Perasaan ragu ragu masih bercokol di dada Marina ketika duduk di dalam kereta. Pemuda itu melirik Marina sekejap sambil memutar kunci kontak. Kereta berderum dan bergerak meluncur meninggalkan asap dan debu yg berterbangan.

"Di mana alamat rumahmu?" tanya pemuda itu.

"Pondok Indah," jawab Marina singkat.

"Jauh juga ya?" gumam pemuda itu.

"Anda sopir baru?" tanya Marina sambil memandang pemuda yg duduk di belang stir.
Tampan juga, kata hati Marina.

"Tidak."

"Lantas..,"

"Aku putra pak Rahman."

Marina terkejut sembari menutupi mulut dengan telapak tangannya. Pemuda itu adalah putra direktur perusahaan di mana Marina bekerja. Agak kaku juga Marina menghadapi pemuda yg duduk di belakang stir itu.

"Anda tak pantas mengantarkan saya,.." gumam Marina.

"Anggaplah wajar saja, aku teman baik Redo."

"Oooo..." suara Marina terasa merdu di telinga pemuda itu.

"Anda, sudah lama kenal Redo?"

"Panggil saja namaku Hadi, aku kenal Redo sejak tiga tahun yg lalu. Sebab ayah Redo joint usaha dengan ayahku."

"Masih kuliah?"

"Tak. Sudah bekerja di instansi pemerintah."

Rambu lalu lintas menyala merah. Kereta berhenti. Hadi memandang Marina sambil tersenyum.

"Aku sering mendengar cerita tentang dirimu dari Redo." ucap Hadi.

Marina tersentak dan memandang Hadi dengan pancaran mata resah.

"Banyak yg diceritakan tentang diriku?"

"Yaaah. Wanita cantik yg masih berusia muda harus mengalami siksaan batin dan kesepian."

"Jangan bicara begitu,. " ucap Marina.

"Seharusnya kau hidup penuh kebahagiaan."

Rambu lalu lintas menyala hijau. Kereta bergerak meluncur di jalan raya.

"Boleh aku berkunjung ke rumahmu?" tanya Hadi.

"Pintu rumahku selalu terbuka untuk siapapun yg mempunyai maksud baik," ujar Marina.

"Aku tak bermaksud jahat."

Marina tersenyum manis. Kereta telah memasukh daerah pondok indah. Di sebuah rumah gedung mewah Marina menyuruh Hadi menghentikan keretanya.

"Terima kasih, Hadi. Tak singgah dulu?"

"Lain kali saja."

Hadi melambaikan tangan sambil meluncurkan kereta. Setelah kereta Hadi lenyap di belokan jalan, Marina melangkah masuk ke dalam rumah.

*****

setiap pulang kantor Hadi sudah menunggu Marina di dalam kereta. Marina merasa terlalu di istimewakan oleh Hadi. Dia merasa kurang enak dengan pegawai lainnya. Tapi Marina tak dapat menolak permintaan Hadi untuk mengantarnya pulang. Keakraban di antara mereka semakin nampak.

Bagi Marina hal itu merupakan kegembiraan hatinya. Kerna dia mendapatkan perhatian Hadi sepenuhnya. Pergaulan mereka memberikan gairah hidup Marina yg selama ini dalam himpitan kesepian. Apalagi sekarang Djohan lebih suka tinggal di rumah istri mudanya. Sejak sang bayi lahir banyak terjadi perubahan pada diri Djohan.

Tapi Nina pernah menasehati Marina tentang keakraban dengan Hadi. Memberi tahu jika Hadi sudah mempunyai istri. Bila istri Hadi tahu hal itu bisa melibatkan Marina dalam persoalan yg tercela. Marina bisa dikatakan merusak pagar ayu.

"Kau harus bisa membatasi diri, Marina." nasehat Nina.

"Aku tak mempunyai maksud apa apa padanya. Hubunganku tak lebih dari berkawan, Nina."

nasehat itu sampai kini masih saja terngiang di telinga Marina. Tapi Marina tak berani mencetuskan perasaannya untuk melarang Hadh datang kerumahnya. Malah tak kuasa menolak ajakan Hadi ketika mengajak nonton film. Hadi dapat mengurangi himpitan kesepian yang menggerogoti hatinya.

*****

Rabu, 19 Januari 2011

Cerpen: KAU YANG TELAH PERGI

Suasana kampus hening tak biasanya, kalau waktu belajar selalu saja ribut, Arman duduk di bangku dengan tenang, di ambilnya amplop warna putih di dalam begnya, surat dari Elis buat Arman.
Arman membacanya.

~Arman aku ingin jumpa kamu nanti sore, temui aku di rumah ya!!~ dari Elis.

Arman menghembuskan nafasnya panjang.

"Kenapa Man?" tanya Budi mendekati Arman.

"Tak apa, cuma lagi bingung sama perempuan yang tulis surat ini." ucap Arman sambil menyerahkan surat Elis kepada Budi.

"Sudah, kamu temui saja, kasian Elis menunggu kamu!" bujuk Budi sama Arman.

" ya, tapi aku kan cuma kenal Elis lewat telp0n saja." jawab Arman.

"Memangnya kalian kenalan sudah berapa lama?" tanya Budi lagi.

"Sudah 2 bulan, tapi aku takut ketemu sama dia, apakah dia itu cantik atau badannya gemuk, wajahnya penuh dengan jerawat." kata arman.

"Arman kamu terlalu jauh berpikir, belum tentu dia itu buruk rupa." jawab Budi sambil berjalan pergi meninggalkan Arman yang duduk.

---------------

"Lis dia sudah datang!" tanya Sinta.

"Belum, sepertinya dia tak akan datang." jawab Elis sambil mengambil minuman yang di bawakan Sinta.

"Kalau seandainya dia tak datang sore ini, macam mana Lis?" tanya Sinta.

"Besok aku akan menemui Arman di kampusnya." jawab Elis.

"Jadi kamu betul betul mau menemuinya?" tanya Sinta lagi.

"Ya." jawab Elis.

"Lis apakah Arman itu lelaki yang dingin sama perempuan?" Tanya Sinta serius.

"Tak tahu, Besok aku ingin membuktikannya." jawab Elis.

---------------

ke esok harinya, Elis dan Sinta menemui Arman di kampusnya, mereka menunggu Arman di luar, Sinta dan Elis memandang Lelaki yang setiap kali lewat, pandangan Sinta tertuju pada lelaki yang menuju mereka.

"Lis, apakah itu Arman?" tanya Sinta.

"Sepertinya dia bukan Arman." jawab Elis.

Lelaki itu menghampiri Elis dan Sinta.

"Namaku Budi, teman Arman, Arman katanya tak bisa di ganggu, lagi busy." ucap Budi kepada mereka.

"Tak apa." jawab Elis kecewa dengan suara lemah.

"Apakah ada yang ingin di pesankan sama Arman?" tanya Budi.

"Tak ada," jawab Elis.

"Sinta kita pulang." ajak Elis.

---------------

dua hari setelah peristiwa Elis datang ke kampus Arman, Sinta datang menemui Arman.

"Arman keluar kau" teriak Sinta.

Arman keluar menemui Sinta.

"Ada apa cari saya?" tanya Arman.

Plak!!! Sinta menampar Arman.

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Elis, itu semua gara gara kamu, Elis mencoba bunuh diri minum obat tidur terlalu banyak, dia tak percaya lagi sama lelaki, Elis operdosis sekarang dia di rumah sakit, keadaannya sangat kritis, sukar untuk tertolong." Ucap Sinta sedih.

Arman hanya diam sambil memegang pipinya yang merah bekas terkena tamparan Sinta.
Sinta pergi meninggalkan Arman setelah memberi tahu keadaan Elis. Arman mengejar Sinta.

"Tunggu, aku ikut kamu ke rumah sakit." Ucap Arman.

Sinta tersenyum dan mengangguk.

Sesampainya di rumah sakit, semuanya telah terlambat, Elis pergi selama lamanya. Arman mendekati tubuh Elis yang terbaring kaku. Arman memandang wajah Elis sedikitpun bibir Elis tak tersenyum.

"Lis, ma'afkan aku, aku tak pernah mengerti perasaan dirimu selama ini, kini kau yang telah pergi, aku do'akan semoga kau tenang di sana dan semoga mimpi indah dalam tidur panjangmu." ucap Arman sambil menghapus air matanya.

"Sudahlah Arman, kita relakan saja kepergian dirinya, semoga dia di terima di sisiNYA." ucap Sinta.

"Ma'afkan aku, aku salah andai saja waktu bisa di ulang kembali, aku tak akan biarkan semua ini terjadi ." sesal Arman.

"Lupakan semua itu, semua telah berlalu." jawab Sinta.

SeLeSaI.....

Hargailah dia ketika ada,.
Jangan sesali apa yang sudah pergi.,
dan jangan pula menangisi apa yang sudah tiada.,
tapi bangkitlah dan bina apa yang sudah hilang dan pergi..

Sabtu, 15 Januari 2011

PELITA CINTA! 5

Airin menggeleng." saya tak percaya kamu lupa padaku, saya tahu betul bagaimana perasaanmu padaku waktu...."

"Itu sudah lewat, pengkhianatanmu sudah membuat habis cintaku padamu."

"Tak ada yg tersisa sedikit pun?"

"Tak ada, sekarang hatiku sudah dimiliki oleh gadis lain. Namanya Ersa kalau kamu ingin tahu."

"Ari sudah cerita. Tapi Ari cakap, saya masih jauh lebih cantik dan lebih baik dari dia, kerna dia hanya seorang...."

"Seorang apa?" tanya Ronald tegang, kerna ia takut Airin tahu siapa Ersa sebenarnya.

"Dia seorang pelayan toko."

"Memangnya rendah?"

"Tak, tapi sayangkan kalau kamu yg tampan dan mahasiswa punya kekasih seorang pelayan...."

"Ai, saya tak suka cara bicaramu yg seolah menganggap rendah dia."

"Kenapa? Saya kan bicara apa adanya."

"Dia gadis yg baik...," tapi Ronald tak melanjutkan ucapannya, kerna kenyataannya, Ersa bukan gadis yg baik. " Ah, Sudahlah, kamu datang bukan untuk membahas tentang Ersa, kan?" ucap Ronald akhirnya.

"Memang tidak, Ron, saya datang tidak untuk membahas masalah siapapun, kecuali tentang kita."

Ronald menggeleng, " Saya tak ingin membicarakannya lagi."

"Tapi saya cinta kamu dan masih perlu kamu."

"Kenapa tak dari dulu? Kenapa kamu baru bicara begitu setelah Ricky mencampakanmu."

"Ricky tak pernah mencampakkan aku, dia masih cinta aku, tapi setelah berapa tahun aku berpikir, aku sadar kamulah yg terbaik."

"Bohong," ucap Ronald sinis.

Airin mendesah berat, dia putus asa dan kecewa sekali. Ronald sama sekali tak memberinya kesempatan.

"Apa benar benar tak ada maaf untukku, Ron?" suara Airin memelas.

"Ada, dan saya sudah memaafkannya."

"Tapi saya mengharap tak hanya itu, saya ingin kita...."

"Tak Ai, ketika kamu pergi dengan Ricky, saya kecewa sekali, sampai sampai aku kenal obat obatan terlarang, kenal minuman keras, kenal kehidupan malam dan kenal...," lagi lagi Ronald memotong kalimatnya, dia hampir terbentur pada sebuah kenyataan siapa Ersa sebenarnya. Kerna di antara kehidupan malam yg bernama prostitusi dia kenal Ersa. Beruntung memang, kerna setelah kenal Ersa dia merasa mendapatkan cinta sesungguhnya.
Hanya saja, Ersa memang bukan gadis yg di inginkan menjadi menantu bagi orang tuanya, andai mereka tahu siapa Ersa yg sesungguhnya.

"Kenal siapa, Ron?"

"Tentu saja kenal suatu kehidupan yg memeritkan, saya rusak, saya hancur, sampai akhirnya saya ketemu Ersa, dan selamatlah saya."

"Begitu hebatnya dia, Ron?" tanya Airin iri. " saya ingin sekali kenal dia dan mengucapkan terima kasih untuk kebaikanya padamu."

"Kenapa kamu yg mengucapkan terima kasih?"

"Kerna dia telah menyelamatkan lelaki yg saya cintai."

"Bohong" ucap Ronald sinis.

"Saya mencarimu dengan satu harapan, kita bisa menyambung kembali cinta kita yg sempat terpenggal oleh kehadiran Ricky," ucap Airin sayu, namun penuh harap.

"Sudahlah Ai, lupakan semuanya. Kalau kamu juga sudah bosan dengan Ricky seperti kamu bosan padaku dulu, cari saja laki laki lain, tak perlu mencari cari aku."

"Kenapa kamu tak juga percaya dan mengerti perasaanku, Ron?"

"Kerna dulu kamu juga tak mengerti perasaanku," jawab Ronald agak emosi.
"Ketika aku sangat cinta kamu, sangat memerlukanmu, kamu malah pergi dengan Ricky. Saat itu aku merasa tak sanggup menerima, aku sangat kecewa dan terluka, dan aku melakukan kebodohan yg menyesatkan. Akibatnya bukan hanya fisik dan mentalku yg rusak, kuliahku pun bahkan terancam DO. Dan kini kamu datang begitu saja, seolah tak melakukan dosa apa pun."

"Ron..., saya menyesal sekali, saya ingin minta maaf dan memperbaiki semuanya."

"Semuanya terlambat."

"Tak apa apa, saya sendiri tak memaksamu."

Ronald mendesah, dia merasa ada beban berat yg mengganjal batinnya. Jika di lihat dari fisik, Ersa memang lebih cantik, tapi di lihat dari sisi lain, moral misalnya, mungkin Airin masih lebih baik, begitupun dengan status sosial dan hal lainnya. Tapi Ersa, juga punya cinta yg tak patut diragukan. Ersa mau melakukan apa saja untuk Ronald, dan mau mengorbankan segalanya, termasuk harga dirinya. Pengorbanannya memang terlalu berlebihan, hal itu menyurutkan kekaguman Ronald terhadapnya, di mata Ronald, Ersa menjadi rendah dan kurang berharga. Dia memang berbeda dengan Airin, meski penampilannya tak selembut dan seanggun Ersa, hatinya malah lembut dan di balik kelembutannya yg tersamar itu, dia punya hati dan prinsif kuat tentang harga dirinya sebagai seorang gadis. Sekilas, penampilannya memang agak terkesan nakal dengan dandanannya yg sexy dan modis, tapi ternyata dia cukup tangguh sebagai seorang gadis masa kini. Hampir dua tahun Ronald menjadi kekasihnya, belum pernah Ronald membawanya ke tempat tidur. Sedang Ersa....
Tapi entahlah, masih seperti dulukah dia setelah hampir setahun ia bersama Ricky? Rasanya sayang sekali jika Airin harus berubah.

"Sejauh mana hubunganmu dengan Ricky?" tanya Ronald tiba tiba.

"Maksud kamu?" tanya Airin tak mengerti.

"Kamu pernah tidur dengannya?"

"Kenapa kamu tanyakan itu?" Tanya Airin agak marah.

*****=>

Kamis, 06 Januari 2011

PELITA CINTA! 4

Ersa masih teringat percakapannya dengan Indra di bilik hotel, apakah dia harus meninggalkan Ronald.

"Jika saya boleh memberi saran, tinggalkan Ronald, dia bukan lelaki yg baik, kelak jika kalian sudah menikah, dan dia kebingungan soal uang, dia pasti akan menyuruhuhmu lagi terjun sebagai wanita penghibur seperti ini. Kecuali kalau kamu sudah siap untuk kembali ke dunia hitam ini."

Ersa tak menjawab. Dia bingung, di sisi lain, dia benci ide gila Ronald tentang ini semua, tapi di lain sisi, dia sangat takut kehilangan lelaki itu.

"Saya tak memaksa, tapi saya ingin kamu memikirkannya," kata Indra berusaha bersikap bijaksana dan tak emosionil lagi.

Ersa mengangguk.

"Kapan kapan, kenalkan saya dengan Ronaldmu, ya?"

"Kenalkan juga saya dengan Vionamu."

"Ya. Saya yakin kamu akan suka Viona, tapi saya tak yakin kalau saya akan menyukai Ronaldmu," ucap indra agak sinis.

Ersa hanya tersenyum masam.

*****

Lagi lagi Ersa datang mengantarkan uang itu pada Ronald. Setelah ketemu Indra, perasaan Ersa pada Ronald agak lain dan berbeda. Rasanya, kadar cinta itu sudah mulai menurun. Entah kerna pesona Indra, entah kerna kata kata Indra yg sinis tentang Ronald.

"Terima kasih ya, sayang, kamu baik sekali," Ronald mengecup mesra bibir Ersa, tapi Ersa menyambutnya dingin.

"Kenapa?" tanya Ronald kecewa.

"Apanya yg kenapa?" tanya Ersa pura pura tak mengerti arah pertanyaan Ronald.

"Kamu dingin."

"Saya penat."

"Tapi saya tak ingin apa apa, saya hanya ingin ciuman kamu."

"Saya kan sudah berikan uang saya," ucap Ersa agak terdengar sinis.

"Kenapa, Er? Kamu marah?"

"Marah? Apa saya kelihatan marah?"

"Kamu dingin," sekali lagi Ronald mengucapkan kalimat yg sama.

"Saya penat, juga masih membayangkan bibir tebal dan hitam serta bau rokok yg semalaman menciumi saya," kata Ersa pura pura sedih. Padahal semalam ia hanya berbincang bincang dengan Indra yg tampan dan berbibir bagus.

"Saya minta maaf. Tapi tadi malam adalah yg terakhir. Kamu tak akan tidur dengan lelaki jelek lagi. Kamu akan tidur dengan saya."

"Tapi saya tak ingin tidur denganmu sebelum kamu menikahi saya."

"Saya akan menikahimu. Itu pasti."

"Janji?"

Ronald mengangguk.

"Janji juga untuk tak menyuruhku kerja malam lagi, ya?" pinta Ersa memohon. "Uang itu kan sudah cukup."

"Ya."

"Ron," panggil Ersa kemudian.

"Hurmmm."

"Kalau aku sedang dibooking seseorang, kamu tenang tak?"

"Tentu saja tak, saya risau, saya mikirin kamu, perasaan saya tak menentu."

"Tapi seronok kan setelah saya dapat duit?"

"Sudahlah, jangan bicara tentang hal itu lagi, saya jadi malu. Saya merasa tak berharga di hadapanmu."

"Saya yg tak berharga, kerna saya hanya seorang pelacur," ucap Ersa sedih.

"Saya yg menjadikanmu seperti itu."

"Bukan, saya sudah seperti itu sebelum kenal kamu. Kerna profesi saya itulah kita berkenalan. Dan kamu juga memberi saya kekuatan untuk keluar dari sana. Cuma sayangnya, kamu tega juga menjerumuskan saya kembali ke sana, padahal kamu selalu bicara tentang cinta."

"Saya terpaksa, saya terdesak oleh keadaan," ucap Ronald penuh sesal.

"Tak apa apa, saya cuma mohon padamu, jika suatu saat kamu perlukan uang, jangan suruh saya melakukan pekerjaan kotor itu lagi."

"Saya janji," Ronald bersumpah.

*****

"Ron, ada yg cari kamu," Tio mengetuk pintu bilik Ronald seraya memberi tahu.

"Siapa?" Ronald beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu biliknya.

Tio cuma angkat bahu.

"Masa tak kenal."

"Sepertinya baru kali ini dia ke sini, mungkin teman lama kamu sebelum kamu tinggal di sini, atau teman kuliahmu, saya kan tak kenal semua temanmu."

"laki laki atau perempuan?"

"Lihat saja sendiri," Tio tersenyum.

Ronal masuk lagi, dia menyisir dulu rambutnya yg acak acakan, dan merapikan bajunya sedikit. Siapa tahu tamunya perempuan, dan cantik, kerna dari cara Tio senyum, seperti dia memberi isyarat kalau yg datang perempuan, dan Ronald juga punya firasat begitu.

"Cepat temui, dan jangan lupa kenalin dia sama aku?" Terdengar suara Tio di depan pintu.
Ronald cuma senyum.

Setelah merasa agak rapi, Ronald keluar bilik dan menuju ruang tamu. Di sana dia mendapatkan Airin, gadis cantik yg dulu sangat dekat dengannya. Dulu, sebelum ia kenal Ersa.

"Hai," sapa Airin ragu dan terlihat risau.

"Ternyata kamu, saya kira siapa," sambut Ronald dingin.

"Ng... saya... saya rindu kamu, kerna itu saya datang ke sini."

"Siapa yg beri tahu kamu saya tinggal di sini?"

"Ari."

"So, apa perlumu mencari aku?"

"Saya kan sudah cakap tadi, saya rindu..."

"Hanya itu, kan? Kalau begitu, kamu boleh balik, kitakan sudah ketemu."

Airin mendekati Ronald yg masih berdiri dan masih belum mempersilakan gadis itu duduk apalagi menyuguhinya minum.

"Kamu masih marah padaku?"

Ronald menggeleng. "Saya bahkan sudah lupa padamu, kalau saja kamu tak muncul tiba tiba."

Airin menggeleng. " Saya tak percaya kamu lupa padaku, saya tahu betul bagaimana perasaanmu padaku waktu...."

"Itu sudah lewat, pengkhianatanmu sudah membuat habis cintaku padamu."

*****

Rabu, 05 Januari 2011

PELITA CINTA! 3

Ersa kembali masuk ke sebuah bilik hotel. Kali ini tak dengan lelaki setengah baya atau gendut, tapi dengan seorang lelaki muda, usianya sekitar tiga puluh lima. Wajahnya juga lumayan tampan, hingga jika Ersa tidur dengannya, tak terlalu jijik.

Lelaki yg memperkenalkan dirinya dengan nama Indra itu, tak kelihatan bernafsu pada Ersa. Dia kelihatan tenang dan wajar. Jarang Ersa temui yg seperti ini.

"Kamu cantik sekali.." Indra berkata lembut seraya menatap lekat wajah Ersa.

"Terima kasih."

Indra mendekat, lalu meraih pinggang Ersa, dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Ersa balas memeluk. Namun ketika tangannya bermaksud membuka baju Ersa, dia menarik kembali, kerna tiba tiba saja dia ingat seseorang. Dia ingat almarhumah istrinya.

"Kenapa, bang?" tanya Ersa yg heran dengan sikap Indra yg tiba tiba saja bangkit lalu duduk termenung.

"Saya ingat istri saya," ucap Indra sejujurnya.

"Suami yg baik, beruntung sekali istri bang Indra," ucap Ersa memuji.

"Kamu salah, saya suami yg jahat, saya selalu mengkhianatinya. Sering kali saya mencari perempuan penghibur sepertimu. Kencan dengan banyak perempuan, sampai suatu hari, ia temui saya sedang tidur dengan sahabatnya, di rumah sahabatnya. Dia shock, dia kemudian pergi membawa hatinya yg luka dengan mengemudikan kereta, sampai akhirnya,....." Indra sangat sedih sekali.
"Kereta itu menabrak tiang listrik dan dia.... dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Saya merasa sayalah yg telah membunuhnya. Sejak itu, saya tak mau mendekati perempuan lagi, bahkan saya pun menjauhi Rena, sahabat istri saya yg menjadi kekasih saya. Saya menjauhi semua wanita untuk menebus dosa saya. Setahun ini saya hanya menyesali dosa saya yg rasanya tak akan terampunkan. Tapi akhirnya saya sadar, hidup masih berlangsung dan saya tak perlu terus tenggelam dalam penderitaan" cerita Indra dengan nada penuh luka. Entah kenapa dia ingin jujur dan bercerita apa adanya pada Ersa, padahal mereka baru kenal.

"Kalau bang Indra ingin menyembuhkan penderitaan bang Indra. Seharusnya bang Indra mencari gadis yg baik, bukan saya. Abang juga tak boleh lagi datang pada wanita seperti saya, dan harus mengubah sikap Bang Indra. Bang Indra harus menikah sekali lagi, dan menjadi suami yg baik. Dan jangan pernah lagi mendekati wanita seperti saya, kerna bang Indra bisa membunuh istri bang indra lagi. Misalnya dengan AIDS yg ditularkan melalui hubungan intim."

Indra memandang Ersa lagi, Ersa bicara bukan sebagai Wanita penghibur, tapi bicara sebagai seorang sahabat dan seorang gadis yg baik.

"Tak percaya saya mendengar ucapan itu dari mulutmu."

"Kenapa?"

"Pada dasarnya, kamu pasti gadis yg baik, lalu apa yg mendorongmu melakukan pekerjaan ini?"

"Ng...," Ersa tertunduk.

"Kamu menanggung biaya hidup keluargamu? Berapa adikmu?"

"Bukan," Ersa mengangkat lagi wajahnya. " Saya melakukannya untuk kekasih saya"

"kekasih kamu?" Indra terkejut. " Dia yg menyuruhmu? Dia memaksamu? Dia menjualmu?" Indra bertubi tubi memberikan pertanyaan dengan sedikit emosi.

"Tak, saya ingin membantunya mencari uang untuk membayar uang kuliahnya. Dan hanya dengan cara ini saya bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu cepat."

"Ya, Tuhan," Indra mendesah berat.
"Dia tahu kamu melakukan ini?"

"Dia yg mendorongnya saya seperti ini"

"Gila! Dia pasti tak mencintaimu, jika dia mencintaimu, dia tak akan membiarkan lelaki lain menjamahmu, apalagi menidurimu, apa pun alasannya."

"Tapi tak ada cara lain yg bisa kami lakukan untuk mendapatkan uang banyak."

"Itu bukan alasan bagi dia untuk menjual kamu."

"Dia tak menjual saya, saya yg mau melakukannya sendiri," meski Ronald jahat, Ersa tetap membelanya.

"Dia memang tak menjual kamu, tapi dia memanfaatkanmu. Itu sama jahatnya. Kamu harus meninggalkannya."

"Tak, saya harus mendapatkan uang yg cukup, baru saya berhenti."

"Berapa uang yg kamu perlukan? Saya akan memberikannya padamu, tapi tinggalkan semua ini."

"Bang Indra....," Ersa tak percaya.

"Saya simpatik padamu. Tadi kamu menasehati saya seperti seorang sahabat, saya suka mendengarnya. Dan saya tahu kamu gadis yg baik. Saya ingin bersahabat denganmu. Dan sebagai sahabat saya ingin membantu."

"Sungguh?" mata Ersa berkaca kaca. Dia terharu, menemukan seorang lelaki yg baru dia kenal, bahkan kenal dalam posisinya sebagai penghibur, tapi sangat menghargainya, bahkan Rendy dan Ronald yg mengaku sangat mencintainya pun telah menginjak injak harga dirinya dengan menodainya dan menjeremuskannya ke dalam kehidupan malam yg kelam. Tapi Indra?

"Kamu mau bersahabat denganku?"
Ersa mengangguk.

Dan malam itu, Tak terjadi apa apa di bilik hotel itu.kecuali Mereka saling berbagi cerita, tentang masa lalu mereka. Dan Indra punya seorang anak kecil yg berusia lima tahun namanya Viona, hasil dari pernikahannya.

Tapi meski tak melakukan apa apa, indra membayarnya, dan memberi tambahan untuk mencukupi kekurangan uang kuliah Ronald.

"Jika saya boleh memberi saran, tinggalkan Ronald, dia bukan lelaki yg baik."

*****

Selasa, 04 Januari 2011

PELITA CINTA! 2

Malam itu juga, setelah puas menangis dan berpikir, akhirnya Ersa memutuskan untuk datang pada Ronald. Dia benar benar tak sanggup kehilangan lelaki itu. Lagi pula kasihan, Ronald pasti sangat memerlukan uang itu, apalagi dari ceritanya saja, Ersa sempat mendengar kalau Ronald bukan anak orang kaya, tapi berasal dari keluarga yg biasa biasa saja, sedang dia kuliah di perguruan tinggi swasta.

Ersa mengetuk pintu bilik Ronald dengan ragu, ia berdebar, takut Ronald menyambutnya dingin lalu mengusirnya. Dan dia semakin berdebar ketika pintu itu terbuka.

"Kamu, ada apa?" sapa Ronald sinis.

"Boleh saya masuk?"

"Buat apa? Mau bantuin saya beres beres?"

"Beres beres?"

"Saya mau pulang besok, saya rasa saya mau berhenti saja, kalau cuti juga tak mungkin, orang tua saya tak akan mau mengerti. Jadi sebaiknya saya berhenti saja dan pulang, mungkin mau kerja."

"Sayangkan, Ron, sudah banyak waktu yg kamu lewati, sudah banyak uang yg kamu keluarkan, juga tenaga dan pikiran kamu. Masa kamu korbankan semua itu hanya untuk waktu yg hanya satu semester lagi, dan uang yg tak begitu banyak."

"Tak begitu banyak? Bagi kamu mungkin, tapi bagiku dan keluargaku yg pas-pasan, susah nyari uang segitu. Dan kamu yg pintar nyari duit, tak mau bantu."

"Saya mau bantu kamu, untuk itu saya datang."

Ronald memandang Ersa tak percaya.

"Sungguh?"

Ersa mengangguk, " Demi kamu, Ron, saya akan lakukan apa saja, asal saya tak kehilangan kamu."

Ronald menghampiri Ersa.

"Kamu baik sekali, saya semakin cinta kamu." lalu diraihnya tubuh Ersa, dan dibawanya ke dalam pelukannya.

"Jangan tinggalkan saya, Ron, saya tak bisa hidup tanpa kamu. Saya sangat memerlukan kamu."

"Kita saling memerlukan, dan kita tak akan pernah saling meninggalkan, kita akan bersama selamanya."

"Janji ya, Ron."

"Ya, saya janji," dan dia memeluk gadis itu kian erat.

Sebenarnya, menghadapi Ronald yg seperti ini, yg tega membiarkannya menjual diri untuk uang, Ersa ragu akan ketulusannya. Mana mungkin tak ada cemburu dalam cinta. Mana mungkin Ersa percaya pada cinta Ronald jika Ronald membiarkannya berciuman, berpelukan bahkan tidur dengan lelaki lain hanya untuk uang. Tapi mungkin Ronald perlu sangat, hingga nekat menyuruh Ersa melakukan kebejatan itu. Soalnya dulu, bahkan Ronald yg meminta Ersa keluar dari dunia hitam itu.

Ersa memang tak terjun Profesional sebagai wanita penghibur, dia hanya duduk di club atau tempat tempat hiburan lain untuk menunggu siapa saja yg membookingnya. Itu pun tak berlangsung lama. Kerna setelah kenal Ronald, Ronald memintanya keluar, dan dia juga yg membantu Ersa mencari pekerjaan seperti sekarang ini. Hasilnya memang tak sebesar saat ia masih melayani lelaki hidung belang itu, tapi cukup memuaskan kerna halal dan mampu membuat hidup Ersa apa adanya. Kerna itu, ketika Ronald memintanya kembali ke sana, Ersa sangat terkejut dan kecewa. Namun akhirnya ia berpikir, Ronald pasti terpaksa melakukannya kerna dia sangat perlukan uang.

Ah, tak apa apa, sekali kali kan perlu juga berkorban untuk Ronald. Kata orang, cinta memang perlu pengorbanan, pikir Ersa akhirnya. Dan dia pasrah pada kemauan Ronald.

"Saya sebenarnya sangat beruntung mendapatkanmu. Kamu bukan saja cantik tapi baik hati, cuma sayang, selama ini saya hanya menyusahkanmu," ucap Ronald lembut.

"Sudahlah, Ron, saya ikhlas, saya tak merasa disusahkan."

Ronald memeluk Ersa kian erat, lalu dia mengecup lembut bibir Ersa. Dia mengecupnya dengan penuh perasaan dan kasih sayang.

"Saya cinta kamu, Ron," desah Ersa di sela ciuman Ronald. "Saya perlukan kamu..."

"Saya juga, sayang, saya menginginkanmu, Er, saya ingin kamu tidur dengan saya sebelum kamu melayani lelaki hidung belang itu," dia lalu membopong tubuh Ersa dan membawanya ke tempat tidur.

Ersa pasrah, dia menyerahkan seluruh cinta dan tubuhnya untuk Ronald. Ersa benar benar telah diperbudak oleh perasaan cintanya. Padahal andai saja dia mau berpikir, kalau dia sebenarnya tak mendapatkan apa apa dari Ronald. Bagi Ronald, dia hanya pemuas gairahnya saja.

*****

Ersa harus melayani lelaki gendut yg menjijikkan demi mendapat uang. Demi mengurangi rasa jijik, dia membayangkan wajah Ronald dan tubuh atletisnya.

Ah, Ronald, entah bagaimana awalnya, Ersa begitu mencintai lelaki itu, sama besarnya dengan cintanya pada Rendy dulu, cinta pertamanya, yg merenggut kegadisannya. Andai bukan oleh maut, sampai saat ini mereka masih bersama. Kelas satu SMA, Ersa kenal Rendy dan kenal cinta, dan masih kelas satu juga Rendy sudah mengambil miliknya yg paling berharga. Dan Ersa sempat menangis waktu itu, tapi kemudian tak ada lagi sesal, sampai Rendy mendapat kecelakaan tak lama setelah itu.

Trisa cakap, itu kutukan, hukuman dari Tuhan kerna mereka telah melanggar larangan-Nya. Kerna mereka telah menodai cinta mereka.

"Itu kan dosa besar, seharusnya kalian jangan melakukannya sebelum menikah," ucap Trisa. Tapi terlambat Trisa menasehati, semuanya telah terjadi. Sekarang, Ersa sudah terjerumus sangat dalam.

****

mf ye x best

Kurengkuh Duka Nestapamu! 16

Dari hari ke bulan terus di lalui Marina dengan kesepian yg senantiasa menemaninya. Djohan datang menjenguknya tak dapat dipastikan. Kadang kadang satu bulan dua kali. Kadang pula tak pernah datang. Meski Djohan jarang menjenguknya, soal tanggung jawabnya memberi nafkah tetap rutin. Tapi bagi Marina tak hanya uang yg sekarang diperlukan sebagai seorang wanita yg masih berusia muda, dia juga memerlukan nafkah batin.

Kesepian yg selalu setia menemaninya menyebabkan Marina tak tahan hidup terus begini. Marina memutuskan untuk mencari pekerjaan. Semua itu dilakukan hanya sekedar untuk mencari hiburan. Mungkin dengan jalan itu dapat mengurangi kesepiannya yg semakin dirasa menyakitkan.

Berkat bantuan Nina dan Redo keinginan Marina mudah tercapai. Salah seorang kenalan ayah Redo menerima Marina bekerja diperusahaannya. Sebagai wanita yg memiliki paras cantik dan bentuk tubuh indah, banyak rekan kerja lelaki untuk menggodanya, ingin memiliki. Namun sikap Marina yg bisa membatasi diri membuat setiap lelaki tak berani berlaku kurang ajar. Tetap menghormati.

Suatu sore ketika Marina baru saja pulang kerja, sebuah kereta berhenti di halaman rumahnya. Dia mempercepat langkahnya kerna tahu Djohan datang. Tapi baru saja kakinya memasuki pintu rumah Djohan menegurnya.

"Sejak kapan kau bekerja?!"

"Tiga bulan yg lalu, kenapa?" Marina duduk di kursi.

"Kau tak meminta izin padaku. Aku bisa bertindak apapun terhadap direktur perusahaanmu berani menerima pegawai tanpa seizin suaminya."

"Kalau begitu abang egois"

"Aku berhak atas dirimu. Apa yg kau lakukan mencegah hal hal buruk yg akan terjadi pada dirimu," ketus Djohan.

"abang menuduhku akan berbuat curang?"

"Kemungkinan ada! Sebab kebanyakan pegawai wanita bekerja hanya untuk pelarian. Lalu mudah diajak berkencan dengan direkturnya. Demi untuk bisa lancar bekerja, rela menyerahkan harga diri."

"Mungkin hal itu terjadi pada pegawai wanita di kantor abang. Dan abang bisa beranggapan demikian kerna abang bertindak demikian. Jangan tuduh Rina seperti itu. Dan jangan punya anggapan bahwa setiap direktur bertindak seperti diri abang," bantah Marina tegas.

"Tapi ini sudah bukan hal yg baru lagi, Marina."

"Bang, jangan sepihak mencari kesenangan diri. Abang dapat memuaskan segala keinginan. Dapat hidup bahagia di sisi istri abang yg baru, tapi tak memikirkan siksaan batinku. Rina tak tahan hidup dalam kesepian. Perempuan mana yg tahan mengalami siksaan kesepian. Hari hari yg kulalui begitu menyiksa batinku. Tak ada lagi yg bisa kuharapkan dari hidupku yg pahit ini. Tak pernah berpikirkah abang tentang hati dan perasaanku?"

"Cukup, Marina!"

"Abang... Ketahuilah, siksaan paling berat bagi seorang istri adalah rasa kesepian. Jangan salahkan saya yg berusaha mencari hiburan kerna dibalut kesepian yg menyakitkan ini," ketus Marina dengan serak. Kedua matanya bergenang air tipis yg berkilau kilau.

Djohan bangkit mendadak dan memegang bahu Marina kuat kuat. Mata Djohan menatap tajam wajah Marina.

"Sekarang kau banyak berubah. Lupakah kau pada janjimu yg akan tetap setia padaku?!"

"Tak pernah kuingkari sumpah setiaku sampai ini."

"Tapi kau akan memulainya dari sekarang untuk tak setia."

"Belum cukupkah apa yg kubuktikan selama satu tahun menjadi istri abang? Ditambah lagi ketabahanku menghadapi kepahitan dan penderitaanku? Kalau sejak dulu aku tak setia pada abang, untuk apa saya tetap rela menerima kenyataan yg menyakitkan ini? Mungkin saya sudah lari meninggalkan abang."

Djohan memeluk Marina erat erat. Perasaannya menjadi bersalah kerna menuduh istrinya tak lagi setia. Rambut Marina dibelainya mesra.

"Maafkanlah abang, sayang." Djohan sangat terharu sekali.

"Abang..." panggil Marina meminta sesuatu.

Dan Djohan segera mengajak Marina masuk ke dalam Bilik.

*****

Mula mula Marina tak mengenali sepasang suami istri yg berjalan melintasi restauran. Sore itu Marina bersama Nina dan Redo sedang menikmati makanan. Dengan mendadak Marina bangkit dan memburu ke ambang pintu. Diamatinya sepasang suami istri yg berjalan itu. Perasaannya jadi penasaran ketika sepasang suami istri itu memasuki sebuah toko. Marina tanpa pikir panjang lagi menyusulnya. Sehingga Nina dan Redo ingin tahu apa yg akan dilakukan Marina.

Mendekati toko itu langkah Marina hati hati. Jantungnya berdetak tak teratur. Di depan kaca etalase toko Marina mengintip sepasang suami istri itu. Matanya nanar memperhatikan perut wanita itu. Perut wanita itu buncit besar terlindung daster panjang berwarna biru tua. Dan tubuh Marina menjadi gemetar. Sepasang suami istri itu tak lain Djohan dan Rita.

Penglihatan Marina jadi kabur kerna dikelopak matanya bergenang air bening yg tipis. Apa yg dilihatnya adalah semacam duri yg menusuk hatinya. Sakit dan pedih. Marina tak tahan lebih lama memandang sepasang suami istri itu. Sebab perasaannya dibakar api cemburu dan kehancuran. Maka dia berlari kembali ke restauran dengan berusaha menahan jatuhnya air mata. Bibirnya digigit kuat kuat.

*****

:-):-):-)

Senin, 03 Januari 2011

PELITA CINTA! 1

Malam itu, Ronald datang ke rumah Ersa dengan wajah kusut, sepertinya, dia sedang menanggung beban berat.

"Ada masalah?" tanya Ersa penuh perhatian.

Ronald menunjukkan wajah sendu dan memelas.

"Lusa registrasi, Er, tapi uang yg dikirim papa seminggu yg lalu sudah habis."

"Habis? Dipakai apa?"

"Bayar hutang."

"Bayar hutang? Berapa juta, Ron? Terus hutang apa?"

"Kamu kan tahu masa lalu saya, saya suka minum, suka pakai obat, kerna itu hutang saya banyak, sebagian baru saya bayar minggu lalu. Kalau saya tak bayar, nyawa saya taruhannya, kamu kan tahu dunia saya keras, apalagi anak anak yg dulu dekat saya."

Ersa mengerti ke mana arah bicara Ronald, Ronald pasti tak hanya ingin cerita, tapi pasti mau minta bantuan Ersa berupa uang, tapi Ersa tak bisa, apalagi uang untuk membantu Ronald, untuk ia kirimkan ke rumah saja kurang. Saat krisis begini, pengeluaran menjadi dua kali lipat, sedang penghasilan tak bertambah. Apalagi Ersa cuma kasir di sebuah Departemen Store.

"Kamu punya tabungan?" tanya Ronald memohon.

Ersa menggeleng pelan, dia merasa iba, tapi tak bisa berbuat apa apa.

"Tolong bantu saya Er, please...," pintanya memohon.

"Macam mana caranya, Ron? Kamu kan tahu kerjaan saya cuma..."

"Kamu bisa balik ke kerjaan yg dulu."

"Apa?!" Ersa tersentak. Tak pernah ia duga Ronald akan tega bicara seperti itu.
"Kamu... Kamu mau saya jadi wanita penghibur lagi?!" tukasnya kecewa.

Ersa memang punya masa lalu yg hitam, untuk menyambung hidupnya dan membantu sekolah adiknya, dia pernah terjerumus ke lembah hitam Kerna ajakan Sinta. Bahkan di sebuah diskotik saat mencari mangsa ia bertemu dengan Ronald. Tapi itu tak bertahan lama, setahun pun tidak ia menggeluti dunia hitam itu kerna pada dasarnya ia sangat tak suka. Apalagi, ia merasa benar benar jatuh cinta pada Ronald dan ingin dirinya hanya menjadi milik Ronald. Tapi apa kata Ronald tadi? Dia minta Ersa kembali lagi?

"Mau, kan?" suara Ronald masih memaksa.

"Kamu tega Ron, saya sudah berusaha menjadi wanita yg baik, tapi kenapa kamu ingin menjerumuskan saya kembali? Apa kamu tak cinta saya Ron? Apa kamu..."

"Saya cinta kamu, tapi saya tak bisa berhenti kuliah hanya kerna tak ada uang untuk registrasi."

"Kamu bisa cuti."

"Saya tak mau kuliah saya tertunda, apalagi ini semester terakhir."

"Tapi mana mungkin untuk itu kamu harus korbankan saya."

"Terpaksa, Er, saya tak punya jalan lain, dan saya juga tak bisa minta bantuan pada siapa pun. Hanya kamu harapan saya satu satunya, tak ada yg lain. Saya juga tak mungkin minta uang lagi pada orang tua saya, mereka tak akan mengerti. Siapa pun tak akan mengerti, yg mengerti aku cuma kamu."

Tapi Ersa tetap kecewa dan sakit hati. Sedikit pun ia tak ingin kembali ke masa lalunya yg kelam itu. Benar benar tak ingin.

"Cuma kamu yg mengerti aku," Ronald bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Ersa. Dia bersimpuh di kaki Ersa, dan memagangi jemari Ersa.
"Please, Er, tolong aku, hanya kamu harapan saya, tak ada yg lain."

"Tapi jangan suruh saya melakukan itu."

"Ini untuk masa depan kita, kalau saya sudah selesai kuliah nanti dan kerja, uangnya juga untuk kamu dan aku, untuk kita."

" Tapi jangan suruh saya melakukan itu, kita bisa cari jalan lain."

"Jalan apa? Udah buntu, Er, dan waktunya hanya tinggal lima hari. Kamu hubungi teman kamu yg dulu, atau langganan kamu. Terus...."

"Tak, saya tak mau, Ron," geleng Ersa.

"Meski untuk saya?"

"Kamu boleh minta apa saja padaku, tapi jangan yg satu itu, Ron. Hidup saya sudah berlumuran dosa, saya tak ingin menambahnya lagi."

"Justru itu, jika kamu gadis yg baik, alim, polos dan masih bersih, saya juga tak akan memintamu seperti ini, tapi kamu kan...,"

" kotor?" sela Ersa tersinggung dan sakit hati.

"Saya tak cakap macam itu, tapi yg pasti, kamu sudah berpengalaman dan bukan perawan suci. Jadi tolong saya, berkorbanlah untuk saya, untuk cinta kita. Lagipula ini tak terlalu berat untuk kamu kerna ini bukan dunia baru untukmu."

"Tidak," Ersa bersikeras, "Saya tak akan tolong kamu jika itu yg kamu minta."

"Kamu tak ingin menunjukkan cinta kamu?"

"Kamu tak adil, Ron! Kamu menuntut cinta saya, sedang kamu sendiri tak menunjukkan cinta kamu, kamu sanggup mendorong saya ke lembah hitam! Itukah yg namanya cinta,?! Kalau kamu mencintaiku, kamu akan menjaga saya, kamu akan memperhatikan kehormatan saya, bukan menjeremuskan saya!" teriak Ersa berang.

Ronald bangkit dengan marah, lalu berkacak pinggang di hadapan Ersa.

"Kalau kamu tak mau tolong saya, cakap saja tak mau, tak usah pakai teriak teriak segala! Dan tak perlu mencari cari alasan! Saya juga tak maksa!" Ronald berbalik, lalu pergi.

Ersa terdiam, tapi terus terang ia sangat takut kehilangan lelaki itu, ia sangat mencintainya. Teramat sangat.

Begitu tubuh Ronald menghilang dari pandanganya, terasa ada yg terenggut dari hati Ersa. Dia merasa hatinya kosong, hampa dan bingung. Dan ia tumpahkan perasaan hatinya dengan menangis. Dadanya sakit dan sesak.

*******

Sssssstt!!! Sem0ga kalian suka:-

Kurengkuh Duka Nestapamu! 15

Djohan semakin terkurung dalam pengawasan Rita. Gerak geriknya senantiasa dibatasi oleh wanita yg dikutuknya itu. Sebab sekarang Rita ikut mengelola jalannya perusahaan. Dia duduk satu ruangan dengan Djohan. Sudah tentu Djohan tak sebebas dulu lagi. Kemana pun Rita tak nak ketinggalan. Bila Djohan sedang mencari cari alasan untuk menjenguk Marina, selalu saja gagal. Setiap dia keluar, Rita selalu ikut.

Waktu sudah berlalu satu bulan lamanya. Sejak saat itu Djohan tak pernah menjenguk Marina. Apa yg telah terjadi selama ini pada diri Marina, terus menerus menghantui pikiran Djohan.

Djohan terus berusaha mencari peluang untuk bisa menjenguk Marina. Rasa rindu di dalam dadanya sudah tak dapat di bendung lagi. Pada suatu tengah malam, Djohan perlahan lahan meninggalkan Rita yg sedang tidur nyenyak. Dengan dibantu penjaga malam kereta dapat dikeluarkan dari garaj tanpa membangunkan tidur istrinya.

Djohan melarikan kereta agar lekas sampai. Rasa rindu di dalam dada sudah tak dapat dibendung lagi.
Sesampainya di depan rumah Marina, tergesa gesa Djohan mengetuk pintu rumah. Ketika pintu rumah terbuka dan sesosok tubuh ramping berdiri di depannya, Djohan langsung memeluk wanita itu. Mendekapnya erat erat sambil membendung jatuhnya air mata.

"Marina..." panggil Djohan serak.

"Abang..." desah Marina.

Mereka saling bertatapan dengan mata berkaca kaca. Namun Marina tak kuasa membendung tangisnya. Meledaklah tangis wanita itu dalam pelukan suaminya. Djohan segera membimbingnya masuk ke bilik. Di atas tempat tidur mereka berpelukan erat erat. Serasa tak ingin terpisahkan.

"Abang kejam membiarkan Rina kesepian..." ratap Marina.

"Abang tahu.., Abang tahu perasaanmu, sayang."

"Rina rindu sekali pada abang..."

"Lebih lebih abang, Marina. Sayang Segala galanya bagi abang."

Djohan langsung mendaratkan ciumannya ke bibir Marina. Bagi Djohan detik detik yg berlalu sangat berarti. Dia ingin melepaskan rasa rindunya yg selama ini menumpuk di dalam dada. Melampiaskan dengan bentuk kasih sayang yg melelapkan dirasakan Marina. Sebulan lebih merek tak saling bertemu.

*****

kerisauan mulai timbul di hati Djohan manakala mendengar suara ayam berkokok. Dia harus cepat pulang agar Rita tak mengetahui kepergiannya. Disambarnya pakaian yg berserakan di atas tempat tidur.

"Nak ke mana, bang?" tanya Marina dengan wajah sayu.

"Abang harus pulang sekarang."

Marina termangu memandang suaminya.

"Di pagi buta begini?"

"Ya. Kalau sampai Rita tahu abang kesini bisa kacau," gumam Djohan.

"Tapi rindu Rina belum tuntas, bang. Tegakah abang padaku?" keluh Marina sedih. Kedua matanya mulai berkaca kaca.

Djohan tak sampai hati melihat istrinya menangis. Dipeluknya Marina sambil membelai rambut rambut yg jatuh di kening wanita itu.

"Marina, abang harap Rina tabah dan tetap setia pada abang. Abang tak mungkin tega membiarkan Rina dalam kesepian dan kepedihan. Semua ini kerna keadaan yg harus kita pikul berdua. Rina tak menghendaki kebahagiaan kita hancur bukan?"

Tangis Marina semakin pilu. Diremas remasnya kemeja Djohan dengan hati pedih dan hancur.

"Tapi hati kecil Rina merintih dalam kesepian, bang. Hari hari Rina lalui tanpa kasih sayang abang terasa tak berarti. Rina seperti kehilangan gairah untuk lebih lama hidup di dunia ini," kata Marina di sela sela isak tangisnya.

"Jangan...jangan Rina berkata begitu, Marina. Rina tetap segala galanya bagi abang. Abang tak ingin melihat Rina kehilangan gairah hidup. Tetaplah pada kesetiaan Rina. Suatu ketika abang akan kembali pada Rina." ujar Djohan sambil mendekap istrinya erat erat.

"Mungkinkah itu, bang?" suara Marina.

"Bersabarlah, sayang."

Djohan menghapus air mata yg membasahi pipi Marina. Lembut dan penuh cinta kasih dikecupnya kening Marina.

"Abang pulang, sayang..." Dengan berat hati Djohan berpamitan.

Marina hanya dapat memandang wajah suaminya dalam dalam. Pelukannya semakin mengendor. Terasa begitu berat hati Marina melepaskan suaminya pergi. Tapi demi cintanya yg suci direlakannya Djohan berlalu. Marina melepaskan kepergian suaminya dengan hati tersayat sayat. Lambaian tangan Djohan hanya dibalas dengan cucuran air mata. Sambil memandang kereta yg dikemudikan Djohan berlalu, Marina menggigit bibirnya kuat kuat. Berusaha menahan gejolak perasaannya yg hancur.

Setelah kereta itu menghilang dari pandangannya, berlarilah dia ke dalam bilik. Di atas tempat tidur menjatuhkan dirinya dan menangis sejadi jadinya. Kedua telapak tangannya meremas remas spray dan mencampakkan ke lantai. Marina tak tahan menghadapi keadaan seperti ini. Dunia terlampau kejam baginya.

*****

Minggu, 02 Januari 2011

Kurengkuh Duka Nestapamu! 14

Apa yg dibayangkan kedua orang tua Rita sungguh berbeza dengan kenyataan. Sesampainya di rumah, Djohan bersikap dingin terhadap Rita. Lelaki itu duduk sambil menghabiskan beberapa botol bir. Membiarkan Rita berbaring di dalam kamar seorang diri menanti kehangatan yg akan diberikan suaminya di malam pengantin.

Perasaan Djohan dibalut kepedihan. Bayangan Wajah Marina yg menangis sedih tak mau lepas dari benaknya. Ingin dia lari dari kenyataan itu. Ingin segera memeluk istrinya yg malang. Tapi Djohan bagai tersekap dalam kurungan besi yg kokoh. Maka Djohan terus meneguk Minuman keras itu guna menghilangkan serangan perasaan pedih.

Akhirnya Djohan terkulai lemas di kursi. Alam pikirannya terbang entah ke mana. Bumi yg dipijaknya seperti berputar. Dan sebuah bisikan lembut terdengar di telinganya. Bisikan Rita mengajak Djohan untuk segera beranjak tidur. Djohan hanya menggelengkan kepala lesu. Rita duduk di sisi Djohan dan membelai keningnya. Djohan memandang Rita tak bergairah. Matanya kuyu dan pandangannya kabur.

Rita segera melingkarkan lengan Djohan di pundaknya. Diangkatnya tubuh Djohan yg lemas lunglai ke bilik. Tubuh itu dibaringkan ke atas tempat tidur. Satu persatu kancing kemeja Djohan dibukanya. Tetap saja Djohan tak bereaksi. Sejak dulu Djohan senantiasa bersikap dingin pada Rita. Malam malam sebelumnya meski Djohan sudah tidur bersama Rita, tak pernah Djohan berbuat mesra. Menyentuh tubuh wanita itu hanya kerna terpaksa.

*****

Matahari semakin tinggi di permukaan bumi mengusir embun yg menempel pada dedaunan. Sinarnya yg hangat menerobos masuk melalui celah celah ventilasi jendela kamar yg dihuni sepasang pengantin baru.

Perlahan lahan Djohan mulai menggeliat dan membuka matanya. Tapi serangan rasa pening di kepalanya berdenyut denyut. Segera di tekan kedua pelipisnya sambil menoleh ke samping. Djohan tersentak manakala melihat yg tidur di sisinya bukanlah Marina. Djohan bergegas melompat turun dari tempat tidur. Lalu diperhatikan dirinya yg polos tanpa pakaian. Cepat diraihnya selimut guna menutupi tubuhnya yg polos. Rita ikut terbangun akibat sentakan Djohan meraih selimut itu.

"Abang sudah bangun?"

"Tak kusangka perangkapmu mengenai sasaran! Tak sia sia kau memperjuangkan nasibku menjadi orang terpandang dan terhormat. Kerna kau akan menjeratku demi kepentingan dirimu. Kau risau menghadapi usiamu sebagai seorang gadis yg tak lagi dara. Kau hancurkan kebahagiaan rumah tanggaku demi kepuasanmu! Kau egois!" kata Djohan dengan geram.

"Keberhasilanmu sekarang harus kau tebus dengan jalan ini. Kekayaan dan kedudukanmu telah banyak memberikan surga dunia. Semua itu kerna aku. Barang siapa menanam pohon pasti akan mengharapkan buahnya. Aku yg menjadikan kau seperti sekarang ini, maka aku tak ingin sia sia memilikimu."

"Ciiiih ! Djohan meludah jijik di hadapan Rita.

"Kau tak lebih di mataku sebagai barang sisa tanpa cinta," tutur Djohan marah.

"Semua ini kulakukan kerna membalas sakit hati. Aku selalu dipermainkan laki laki. Hampir setiap laki laki yg kukenal hanya melampiaskan nafsu dan setelah puas aku ditinggalkannya. Tapi untuk terakhir kali ini, aku harus berhasil memilikimu. Aku tak ingin melewati hari tuaku penuh kesepian. Dapat memiliki seorang suami yg kucintai. Dan kau adalah pilihanku yg tepat," kata Rita.

"Licik, kau!"

"Tiada jalan lain. Sekarang kau telah sah menjadi suamiku," Rita tersenyum penuh kemenangan.

"Tertawalah sepuas puasmu!" teriak Djohan.

"Tak ada gunanya tertawa. Sangat bahagia aku dapat bisa memilikimu."

Djohan mendekati Rita dan siap menampar mulutnya. Tapi telapak tangan Djohan berangsur angsur turun dan tak jadi mendaratkan penamparnya. Segera diraihnya pakaian yg berserakan di atas tempat tidur. Dengan menyimpan gejolak amarah dikenakan pakaian itu. Djohan siap hendak pergi.

"Mau ke mana, bang?" tanya Rita.

"Jangan hiraukan aku lagi dan jangan panggil aku abang!" bentak Djohan.

"Aku berhak atas dirimu. Aku istrimu."

"Aku tak mendambakan perkawinan ini. Kita menikah hanya tertera di atas kertas. Tapi tak terukir di hatiku. Sepercik cinta tak ada di dalam dadaku. Kita sah menjadi suami istri hanya kerna terdesak keadaan. Maka biarkan aku bertindak sesuka hatiku. Aku tak ingin menjadi budak nafsumu!"

"Kau akan kembali pada Marina?"

"Itu urusanku!"

"Ingat! Keadaanmu berada di atas duri. Kalau kau bertindak menuruti kemauan hatimu, kau bisa tergelincir dan tertusuk duri."

"Kau mengancamku?!"

"Kerna aku sangat mencintaimu."

"Egois! Kejaaaam!" teriak Djohan memilukan.

Dia berlari mendekat tembok dan memukulnya berulangkali sambil meraung raung dalam tangis. Inikah hukum karma atas perbuatan yg dulu sering dilakukan? Djohan meninggalkan gadis gadis yg dulu mencintainya dan layu kerna terhisap madunya? Dan sekarang dia harus menebusnya? Djohan menjadi sadar. Penyesalan tak ada lagi gunanya. Kepahitan itu terpaksa direguknya dengan hati tabah.

*****

Kurengkuh Duka Nestapamu! 13

Malam yg sedang turun rintik rintik itu, dengan perasaan pedih Marina datang ke rumah Nina. Dia ingin mengadu nasibnya pada sahabatnya itu. Kedatangan Marina sangat mengejutkan Nina yg sudah sekian lama tak pernah saling bertemu.

"Haiii, angin apa yg membawamu kesini?" tegur Nina.

"Angin? Bukan angin melainkan badai," sahut Marina tersenyum hambar.

"Suamimu tak kau ajak kesini?"

Marina cuma menggeleng. Matanya berkaca kaca. Hal itu membuat Nina memandang Marina.

"Kau nampak sedih sekali, kenapa?"

Marina menggigit bibirnya menahan kepedihan di hati. Nina dapat merasakan sesuatu yg menekan perasaan Marina. Segera diajaknya Marina masuk ke dalam bilik. Mereka duduk di atas tempat tidur.

"Kau gaduh dengan Djohan?" tanya Nina penuh perhatian.

Marina menggeleng dan setitik air mata jatuh di pipinya.

"Lalu kenapa?"

"Djohan... akan menikah lagi," kata Marina sedih.

Nina tersentak.

"Dengan gadis mana dia akan menikah?"

"Putri tuan Burnama."

"Mana mungkin?" gumam Nina heran.

"Aku juga tak pernah menduga kalau Djohan bukan putra tuan Burnama. Djohan menikah kerna harus balas budi. Keluarga tuan Burnama yg telah membuatnya menjadi orang terhormat dan terpandang. Dulu Djohan hanya seorang perantauan dan mencari nafkah sebagai penyelundup. Bintang terang mulai merubah hidupnya ketika berkenalan dengan tuan Burnama. Rupanya putri tuan Burnama yg bernama Rita menaruh hati padi Djohan. Gadis itulah yg memperjuangkan nasib Djohan menjadi seorang direktur. Sekarang Djohan harus membalas budi kebaikan itu dengan menikah. Menikah dengan Rita." tutur Marina sedih.

"Kau mempunyai hak sepenuhnya atas diri Djohan. Kalau kau tak mengizinkan Djohan menikah dengan Rita, hal itu tak mungkin bisa terjadi."

"Aku dalam posisi terjepit," kata Marina terisak pilu.

"Kau lebih kuasa sebagai istri pertama."

"Tapi aku tak ingin melihat Djohan menderita di dalam penjara."

"Itu ancaman keluarga Burnama?"

"Ya. Djohan telah melakukan tindak korupsi, memakai uang perusahaan untuk membeli sebuah rumah yg kami tempati sekarang."

Nina mengeluh panjang. Ikut sedih melihat keadaan Marina yg mengalami nasib malang. Terpaksa merelakan suaminya menikah lagi kerna keadaan yg memaksa.

"Sungguh tak kuduga, kepahitan itu harus kau reguk," gumam Nina sedih.

Isak tangis Marina menyayat nyayat hati dan perasaan Nina. Gadis itu memeluk pundak Marina.

"Tabahkanlah hatimu, Marina. Mungkin ini hanya merupakan cobaan dalam kehidupanmu. Belum tentu hidupmu selamanya akan menderita."

"Sanggupkah aku? Sanggupkah? Kepedihan dan siksaan yg kualami sekarang belum separah nanti. Bagaimanapun juga cinta dan kasih sayang tak dapat terbagi, Nina." Marina terisak isak pilu.

"Masihkah kau mencintai, Djohan?"

"Terlalu besar cintaku padanya, sehingga keadaan yg akan terjadi sungguh menyiksa batinku."

"Kalau kau masih mencintai Djohan, tetaplah pada kesetiaan. Jika Djohan sungguh sungguh mencintaimu, pasti dia akan kembali padamu."

Marina mengusap air matanya. Dia bangkit dari tempat tidur dan mohon diri. Nina mengantarnya sampai di ambang pintu. Perasaan Nina ikut bersedih menyertai kepergian Marina. Setelah Marina lenyap dari pandangannya, segera ditulisnya surat kepada Bastian. Menceritakan keadaan Marina sekarang.

*****

pesta perkawinan Djohan dengan Rita Burnama dirayakan secara meriah dan megah. Gedung pertemuan yg digunakan peresmian perkawinan itu hampir tak mampu menampung para undangan. Kereta para tamu memadati jalan sampai menyebabkan alur lalu lintas jadi macet. Tak mengherankan kerna yg mempunyai hajat seorang pengusaha kaya raya.

Sepasang mempelai duduk di pelaminan. Wajah mempelai putri berseri seri penuh kebahagiaan. Namun wajah mempelai lelaki kelihatan murung dan sendu. Senyum yg menghiasi wajah Djohan bukan cetusan kebahagiaan dari hati nuraninya, melainkan senyum paksaan. Tak akan ada yg tahu perasaan yg terkandung di dalam dada lelaki itu. Dia disergap sergap kepedihan yg tak terkirakan. Ingat istrinya yg terbaring di atas tempat tidur dengan berlinangan air mata.

Sebelum pesta usai, kedua mempelai itu sudah meninggalkan gedung pertemuan. Djohan mengusulkan pada kedua orang tua Rita dengan alasan badannya kurang sehat. Tapi tanggapan kedua orang tua Rita seolah olah mengerti. Pasti Djohan sudah tak sabar menunggu pesta usai. Agar bisa cepat cepat beranjak keperaduan menikmati indahnya malam pertama.

*****

Sabtu, 01 Januari 2011

Kurengkuh Duka Nestapamu! 12

Setelah Rita pergi dari rumah Marina. Djohan masih memeluk istrinya yg menangis dipelukannya.

"Marina...kau tetap mencintai aku, bukan?" tanya Djohan.

"Abaaaang!" pekik Marina tertahan. Dipeluknya Djohan erat erat sambil menangis pilu. Ingin melampiaskan rasa pedih di hatinya dengan isak tangis yg berkepanjangan.

"Aku tak ingin berpisah denganmu, sayang," Djohan tak kuasa membendung air matanya. Setitik air bening jatuh di pipinya.

"Apakah kebahagiaan kita akan segera hancur, bang?"

"Tak! Kita akan tetap mempertahankannya. Kita akan tetap bersama selalu walaupun badai akan menyerang. Aku sangat mencintaimu, Marina. Aku tak ingin berpisah denganmu," kata Djohan sedih sekali.

"Tapi, abang tak bisa menolak perkawinan itu. Abang akan segera menikah dengan Rita dan meninggalkan aku," ratap Marina memilukan.

"Jangan katakan itu, Marina. Hatiku pedih sekali."

"Tapi demi cintaku, aku merelakan abang menikah dengan Rita. Abang harus membalas kebaikan budi mereka."

"Marina...cukup sayang. Cukup. Jangan buat hatiku semakin pedih," pinta Djohan dengan air mata bercucuran.

"Tapi hal itu harus abang jalani. Demi masa depan abang. Keadaan akan menyusahkan abang, kerna abang telah memakai uang perusahaan. Mereka bisa menjebloskan abang ke dalam penjara," kata Marina sedih.

Sepasang suami istri yg dilanda kesedihan ini saling berpelukan erat erat. Menangis pilu bersama sama. Menangisi kebahagiaan yg sudah mendekati kehancuran. Mereka bagaikan insan yg sudah tak mempunyai kekuatan lagi.

*****

Marina telah kehilangan gairah hidup lagi. Tak ada gairah mengurus pekerjaan rumah tangga. Tak gairah menyirami taman. Tak ada gairah merias diri. Pekerjaan setiap hari hanya duduk termenung dengan berlinangan air mata.

Yg dirasakan kini hanya kepedihan hati dan kesepian yg selalu mengikuti setiap saat. Djohan sudah lima hari tak kembali. Malam malam yg dilalui Marina hanya menangis di atas tempat tidur. Menangisi nasibnya yg malang. Kebahagiaan yg tercipta telah musnah direnggut balas budi.

Marina tak menduga kalau akhirnya impiannya terbalut empedu. Tak menduga kalau Djohan menempuh jalan hidupnya penuh liku liku tak seindah warna aslinya. Sekarang Marina baru tahu jika Djohan bukan putra keluarga Burnama yg kaya raya itu. Dia tak lebih dari benalu yg tumbuh subur di dalam keluarga Burnama. Mendapat tempat yg istimewa kerna bisa di harapkan menjadi anak menantu. Mengakhiri masa remaja anak gadisnya yg sudah menjadi perawan tua.

Hancurlah segala harapan bahagia. Yg ada hanya kepalsuan. Djohan menjual dirinya hanya untuk membalas budi. Tapi Marina tak kuasa melakukan apapun, selain meratap dalam kepedihan. Kehidupan yg disuguhkan Djohan kini telah berubah menjadi empedu. Hampir membuat Marina gila sebelum kehancuran itu terjadi. Merasakan kehidupan ini terlampau kejam.

Mata itu begitu sendu. Air yg bening selalu membasahi pipi. Kepedihan senantiasa membilas bilas hatinya. Hidup tanpa gairah, matipun enggan. Itulah yg dialami Marina sejak Djohan tak pernah kembali. Baginya hanya ada satu tempat mengadu. Hanya Nina. Ya, hanya Nina tempat satu satunya untuk mengadu. Dalam keadaan apapun. Marina tak ingin menceritakan segala kepahitannya kepada orang tuanya. Dia merasa tak ingin membebankan penderitaan itu. Kerna segala sesuatunya Marina lebih baik menanggungnya sendiri.

*****

Apa ekk pendapat kawan kawan semua tentang cite saya??

1.membosankan.

2.biasa saje.

Kurengkuh Duka Nestapamu! 11

Dua malam Djohan tak pulang kerumah Marina. Lelaki itu seperti terkurung dalam sangkar emas yg menyakitkan hati dan perasaan.
Terbelenggu dalam nestapa. Sedangkan Marina di rumah menunggu kapan sang suami balik. Tak hanya sekedar menunggu saja. Melainkan juka tersiksa oleh kerisauan. Menduga duga barangkali terjadi kemalangan yg menimpa diri suaminya.

Apa yg dialami Marina sekarang serba tak menentu. Duduk salah, berdiri gelisah, tidurpun risau. Dia hanya bisa mengurangi perasaan yg tak menentu itu dengan berjalan mondar mandir di dalam rumah.

Di luar sebuah kereta berhenti. Marina melihat melalui jendela ruang tamu. Ternyata yg dilihat bukan suaminya yg datang. Melainkan gadis yg tak di kenalnya kemarin. Ada apa? Mungkin gadis itu akan memberi tahu kejadian yg menimpa Djohan, pikir Marina dengan gelisah.

Rita melangkah menuju teras rumah. Sebelum tiba diambang pintu, Marina sudah menyambutnya. Sambutan yg ramah dengan tak meninggalkan seulas senyum bersahabat.

"Silahkan masuk, cik,"

Rita langsung masuk dan duduk di kursi sambil menatap Marina tajam. Tatapan Rita membuat Marina risau.

"Sudah bertemu Abang Djohan?" tanya Marina lunak.

"Untuk selamanya Djohan akan tinggal bersama kami!" tutur Rita.

Ucapan Rita mengejutkan Marina. Sungguh aneh gadis ini. Siapakah sebenarnya gadis ini pikir Marina. Apa hubungannya dengan abang Djohan.

"Apakah saya tak salah dengar apa yg baru saja cik katakan?" tanya Marina bingung.

"Saya tak nak mengatakan sembarangan sebelum kau mengenal Djohan, mengenal pribadi dan keadaannya, akulah yg lebih dulu tahu. Tahu siapa sebenarnya Djohan. Genap empat tahun Djohan ikut keluarga kami. Dahulu Djohan kami temukan sebagai orang perantauan yg tak punya tempat tinggal. Tak punya kedudukan. Dia tak lebih dari seorang buruh pelabuhan dan penyelundup. Keluarga Burnama menarik Djohan dari kehidupan miskin yg senantiasa mencari nafkah dengan jalan hitam. Sebagai penyelundup dan tukang tadah barang barang gelap."

Marina dilanda perasaan risau dan bingung. Apa yg dikatakan Rita merupakan pukulan berat bagi batinnya. Namun Marina tak lekas percaya dengan apa yg dikatakan gadis itu.

"Apa hubungan cik dengan Abang Djohan?"

"Saya calon istri Djohan. Sayalah anak tuan Burnama yg menarik Djohan menjadi manusia terpandang dan mempunyai kedudukan.

Seketika tubuh Marina bagai tak bertulang lagi. Hilang daya kekuatan dalam dirinya. Dia terhenyak di tempat duduk.

"Tak mungkin...," gumam Marina. Kedua mata Marina berkaca kaca.

"Bagaimana tak mungkin? Kau bisa melihat kenyataan itu. Djohan membelikan rumah ini dengan segala perabotan yg mewah memakai uang perusahaan. Sedangkan perusahaan itu milik ayahku. Dia telah melakukan tindak pidana korupsi!" kata Rita mantap.

"Ooooh... Tuhan," keluh Marina kehilangan daya pikir lagi.

Sebuah kereta berhenti di depan rumah. Djohan nampak terburu buru berjalan masuk di halaman. Pandangan Marina kabur dapat menangkap kehadiran Djohan di ambang pintu.

"Nak apa kau ke sini, Rita?!" tegur Djohan emosi.

"Aku memberi tahu keadaan yg sebenarnya."

"Untuk apa?!"

"Untuk menjelaskan bahwa kita akan menikah secepatnya."

"Kau telah menyakiti hati Marina!" bentak Djohan.

Sementara itu Marina tak dapat lagi membendung tangisnya. Keterangan yg baru saja di katakan Rita telah menghancurkan hatinya. Djohan akan segera menikah dengan Rita. Rupanya inilah yg sering dikatakan Djohan, bila kebahagiaan mereka akan dihancurkan. Ternyata sekarang terbukti.

Djohan sangat iba melihat istrinya yg menangis terisak isak. Segera dipeluknya tubuh Marina. Mendekapnya erat erat.

"Kau kejam!" geram Djohan sambil menunjuk muka Rita.

"Kau tak tahu diri! Tanpa aku tak mungkin kau menjadi orang terpandang dan hidup kaya raya seperti ini. Kau akan tetap menjadi gembel yg setiap waktu menjadi buruan polisi," balas Rita tak kalah berangnya.

"Kau telah menginjak injak harga diriku, Rita!" ucap Djohan.

"Aku yg membujuk papa agar kau diberikan kepercayaan dan bisa menjadi pekerja tetap di kantor. Aku terus membujuk papa supaya kau diberi kesempatan untuk kursus management. Dan mengusulkan untuk dijadikan wakil direktur. Terus menjadi seorang direktur. Di berikan kuasa penuh memegang perusahaan. Tanpa bantuanku kau tak akan bisa seperti sekarang ini. Tapi kau tak tahu diri. Membalas air susu dengan air tuba. Tak menyadari dari mana asalmu!" tutur Rita menyakitkan.

"Cukuuuup!" teriak Djohan histeris.

Marina yg berada di pelukan Djohan menangis pilu. Hinaan Rita merobek robek hati dan perasaannya.

"kau telah mengkhianati kebaikan budi kedua orang tuaku. Tetap kau langgar larangan mereka menikah dengan perempuan itu! Perbuatanmu semakin membabi buta. Kau korupsi uang perusahaan ayahku guna membelikan rumah dengan segala isinya yg serba mewah. Setelah itu apalagi yg akan kau perbuat demi membahagiakan istrimu itu!"

"Diaaam!" pergiii kau dari rumah ini, sebelum kulempar ke luar!" teriak Djohan.

Rita bergegas meninggalkan Ruangan itu sambil berjalan dia mengutuk Djohan.

*****

Kurengkuh Duka Nestapamu! 10

Selesai menelph0ne Djohan Rosmari dan Burnama menghampiri anak gadisnya yg masih menangis di bilik.

"Hentikanlah menangismu, Rita." Rosmari menasehati anaknya.

"Djohan telah mengkhianati cinta, Rita. Walau apapun yg akan terjadi, Djohan harus menjadi suami Rita," kata Rita sembari terisak isak.

Burnama hanya bisa berjalan mondar mandir di dalam bilik. Sebentar sebentar memandang anak gadisnya yg menangis terisak isak.

"Tenanglah, Rita," Rosmari membelai rambut anaknya.

"Rita tak ingin berpisah dengan Abang Djohan," lanjut gadis itu.

"Tentu. Kami juga tak ingin sia sia menjadikan Djohan orang terpandang dan berhasil dalam dunia bisnis. Kalau saja kita kehilangan Djohan, berarti perusahaan kita akan jatuh. Tetap Djohan akan kami paksa menikah denganmu. Menceraikan Marina," kata Burnama tegas.

"Kalau Djohan mengelak?" tanya Rosmari.

"Dia akan kehilangan jabatan dan mungkin bisa masuk penjara. Pasti dia telah menggunakan uang perusahaan untuk membelikan rumah Marina."

Sejenak ruangan itu hening. Isak tangis Rita mulai menghilang. Dan di luar terdengar suara kereta memasuki halaman. Pasti Djohan yg datang. Wajah wajah yg ada di dalam bilik nampak demikian tegang dan menyimpan kemarahan.

Burnama dan Rosmari menyambut kedatangan Djohan di ruang tengah. Suasana yg lenggang menimbulkan firasat buruk bagi Djohan yg baru saja masuk rumah. Apalagi ditambah wajah wajah yg sedang duduk menunggu di ruang tengah.

"Selamat siang, ayah, ibu," Djohan menganggukkan kepala.

"Duduk!" perintah Burnama singkat.

Djohan duduk di kursi berhadapan dengan kedua orang tua angkatnya.

"Jangan coba coba bohong, Djohan!" tutur Burnama mengancam.

Dengan serius Djohan menghadapi apa yg akan dibicarakan Burnama. Dia sama sekali tak menduga, bahwa keadaan dirinya yg sebenarnya sudah diketahui mereka. Nampaknya Djohan masih tenang saja.

"Apa benar kau sudah menikah dengan Marina?!" tanya Burnama.

Pertanyaan Burnama mengejutkan Djohan. Meski itu pertanyaan, tapi sudah bernada tahu kepastiannya. Maka Djohan gelagapan memberikan jawaban. Dia risau dan ketakutan.

"Jawab!" bentak Burnama.

"I... iya, ayah."

Burnama melompat turun dari tempat duduk dan siap menampar muka Djohan. Rosmari buru buru mencegah tindakan suaminya.

"Sabar, pa. Segala sesuatu dapat diselesaikan dengan kepala dingin," nasehat Rosmari.

"Betapa tak tahu diri, kau! Dari dulu aku mendidikmu menjadi orang pandai dan bisa terpandang, tapi kau mengkhianati kami. Mengecewakan kami! Begitukah caramu membalas kebaikan kami?!" tutur Burnama pedas.

Ada semacam sebilah sembilu yg mengiris iris hati Djohan. Pedih sekali mendengar kata kata Burnama. Hanya yg dapat dilakukan Djohan tertunduk namun hatinya tersayat luka yg begitu pedih.

"Kau abaikan kami bagai orang yg tak berguna. Tak pernah berbuat kebaikan padamu. Kau berani melanggar nasehat kami, tetap menikah dengan Marina. Sekarang katakan, darimana kau memperoleh uang sehingga bisa membelikan rumah Marina di Pondok Indah?!" Burnama semakin emosi.
Djohan tak dapat menjawab.

"Dari mana, cepat katakan!!" bentak Burnama.

Tubuh Djohan menggigil ketakutan. Ingin mencari alasan dan mengatakan uang itu didapat dari keuntungan pribadi, namun suaranya terhenti di kerongkongannya. Seperti ada batu yg menyumbat.

"Pasti kau memakai uang perusahaan untuk membelikan rumah Marina. Jangan berusaha mengelak, Djohan. Besok akan kusuruh Rita mengecek keuangan di kantor," desak Burnama.

"Memang saya memakai uang kantor, ayah."

"Berapa yg telah kau pakai?!"

"Dua puluh lima juta."

"Bajingan kau!" teriak Burnama sembari mengangkat telapak tangan siap menampar muka Djohan. Rosmari dengan sekuat tenaga mencegah tindakan suaminya.

"Sabar, pa. Sabar...," tutur Rosmari seraya mendorong badan suaminya untuk menjauh dari Djohan.

"Sekarang tinggal kau pilih, secepatnya menikah dengan Rita atau masuk penjara!" ancam Burnama.

Tak terasa airmata Djohan jatuh perlahan lahan di pipinya. Dia harus menerima kenyataan menikah dengan Rita. Kalau tak dia akan masuk penjara dan semua barang miliknya akan disita Burnama. Termasuk rumah yg sekarang.

Langkah pergi dari hadapan kedua orang tua Rita. Langkahnya gontai, sedang hatinya tersayat sayat sembilu. Alangkah pahitnya kenyataan ini. Alangkah kejamnya hidup ini. Aku harus menebus balas budi dengan mengorbankan kebahagiaan. Membuat orang yg kucintai menderita siksaan batin. Ratap Djohan sedih sekali. Tapi garis hidup yg di tempuh Djohan memang harus demikan, dalam sesal yg berkepanjangan. Menikah dengan Rita yg sudah Perawan Tua, yang usianya lebih tua dari Djohan.


*****

kita sudah berjalan lama...:

1 tahun kebahagian;
12 bulan kedamaian;
365 hari kesuksesan;
8.760 jam cinta;
525.600 menit kasih sayang;
31.536.000 detik berkat berkat Allah.

Jika kita selamat sampai sekarang, tentu bukan kerna kita mampu, tapi kerna ALLAH BERSERTA KITA....

SELAMAT TAHUN BARU 2011

semoga di tahun 2011, kita semua bisa menjadi manusia yg lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
Ameen!!