Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Senin, 06 Desember 2010

Cerpen: 1.000 x 1 ! 2 End

Pandangannya belum juga beralih dariku.
Mungkin agak seperti jual mahal,kerna aku lebih sering membuang muka setiap berpandangan denganya.
Aku harus menghindar.
Telah menjadi ketetapan hati,untuk tidak tergoda lagi dengan cintanya.
Aku tak ingin terluka lagi.cukup seribu kali aku terluka oleh wanita yg sama.
Sakitnya lagi,seribu luka itu,dengan penyebab yg sama.
Cemburu buta!bukan pada satu orang wanita,tapi mungkin juga telah genap seribu nama wanita yg selalu di angkat untuk di gaduhkan.

Dia membisu.tapi telah jelas bagiku,jika kehadiranku di inginkanya lagi.Andai saja,luka yg kemarin bukanlah luka yg keseribu,aku tak'akan pernah tega membuatnya kecewa.
Sering terluka,tak hanya membuat hatiku sakit,tapi sekaligus merasa tak punya harga diri.
Mungkin dilaksanakan dermaga yg bisa dan kapan saja akan di tempatinya berlabuh.
Sial baginya malam ini,dermaga itu akan membuat harapannya kandas.

"kau percaya jika kukatakan bahwa aku masih mencintai kau?"

ini untuk yg pertama kalinya,dia mengungkapkan cinta lebih dulu.
Biasanya,setiap habis pisah,dia cukup melantunkan sesal atas kejadian kemarin,dan akan kusambut dengan mengungkapkan cintaku yg masih tersisa untuknya.
Mungkinkah ini berarti,dia benar benar masih mencintaiku dan akan menaklukkan ego untuk mempertahankan cinta kelak?aku mencibikkan bibir sebagai jawaban.

"Aku selalu percaya jika kau masih menyisakan cinta untukku.Yg tak pernah kuyakini,kita bisa mempertahankan sisa cinta itu,agar tak terbakar cemburu.."

"Bukankah cemburu tanda cinta?"potongnya

"itu berarti badai yg memisahkan kita selama ini,bukanlah cemburu..."

"tapi?"potongnya lagi.

"Fitnah mungkin,atau mungkin ketidakpercayaan antara kita,"

pipinya yg tadi putih dengan olesan bedak tipis,kini berair.Aku tak boleh ikut menangis.
Meski untuk tertawa atau pun tersenyum bahagia,sungguhlah tak wajar.
Dia pernah kucinta,tak ingin aku berdendam dengan menertawai kesedihannya.

Aku baru saja ingin membantunya,menyeka air mata,buru buru dia hapus sendiri.
Firrina datang lagi,di antara kami.

Tanpa sadar,kami telah menjadi tamu terakhir yg belum balik.Rangkaian acara ultah Ferrina,terlewat tanpa sadar.
Tergilas cerita masa lalu yg mengiris kalbu.

Aku baru sadar kini,kedatanganku ke pesta ultah Firrina,sekaligus untuk menunjukkan perhatianku pada Ferrina.Aku mencintainya!

"Aku belum mengucapkan selamat ultah,"ucapku sambil mendekati.

Aku berharap,Ferrina tak menghindar saat kedekatanku semakin merapat,sambil mengeluarkan kalung putih yg dari tadi tersimpan di saku celanaku.

"selamat ulang tahun."

Ekor mataku menangkap sosok Heleena terluka cemburu.
Firrina sedikit gementar,meski tak kuasa menolak kalung yg baru saja kulingkarkan di lehernya.

"Aku mencin..."

"Steven..!"
Firrina yg memotong kalimatku.

Heleena kulihat bisu dalam beku.

"Aku mencintaimu,"ulangku lagi

"kau adalah wanita yg keseribu satu yg menjadi penengah cintaku dengan Heleena.tapi yakinlah,seribu wanita yg pernah hadir sebelum kau,hanyalah nama.
Tak satu pun pernah hinggap di hatiku.seolah hanya di angkat untuk di gaduhkan,untuk menjadi pembakar cemburu.kau yg terakhir,terakhir setelah Heleena!"

Firrina tak berani menatapku,juga pada Heleena.Dia lebih memilih melangkah masuk bilik tanpa pernah berbalik.

Saat aku berbalik ke arah Heleena,pipinya yg tadi berair,kini semakin basah.

"ma'afkan aku,Heleena!Aku mencintai Firrina.kuyakin dia tak'akan menerimaku,tanpa seizin kau.
Kuharap kau bisa membantuku.demi cintaku,demi menghindar dari luka yg akan semakin menyakiti hati kita.Biarkan Firrina,hadir sebagai orang yg keseribu satu,yg membuat kau cemburu.luka untuk kita cukup seribu kali.!"

kulihat benci berkobar di matanya.Aku mengangguk memintanya faham.
Kobaran itu kulihat reda.Meski berat,kulihat langkahnya tetap terayun masuk ke bilik Firrina.seberat hatiku,untuk melukainya dengan menyatakan cinta pada sahabatnya,di depan matanya.

Aku tak perlu mendengar jawaban Firrina malam ini.keceriaanya setiap kuhubungi lewat telepon,cukup menjelaskan jika dia juga mencintaiku.Heleena yg menjadi penghalang kami juga,kini telah tunduk untuk terluka lagi.
Untuk yg keseribu kali.***

...tamat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar