Pada suatu hari, sepucuk surat dari Bastian datang. Marina mengupas isi surat itu sembari berbaring di atas tempat tidur.
---> Menjumpai sahabatku yg berbahagia : Marina...
Dalam kurun waktu yg kulampaui, baru sekarang aku dapat menggoreskan penaku untuk menulis di atas kertas biru ini. Suka dan duka di Negeri Orang selalu mengingatkan pada kampung halamanku. Termasuk nostalgia di bangku S.M.A. yg pernah kita reguk bersama sama, mungkin manis, mungkin pahit, tapi mengesankan untuk di kenang. Walau hampir setahun kita lalai masa masa kenangan itu, namun bagiku terasa baru kemarin berlalu.
Marina, bunga di tamanku yg sedang mekar telah dipetik orang. Berarti masa remaja yg penuh keceriaan telah berakhir. Meninggalkan masa remaja dan menempuh hidup bersama dengan pemuda idaman. Hatiku sangat gembira kerna bunga kesayanganku setelah dipetik di rawat dengan baik. Ditempatkan pada naungan kebahagiaan. Tak tercampakkan seperti apa yg kubayangkan.
Selamat berbahagia kuucapkan kepadamu. Kabar mengenai pernikahanmu sangat menggembirakan hatiku. Semoga kau akan selalu di karuniai kebahagiaan di sisi suamimu.
--->Dari sahabatmu : Bastian.
Sampai di sini surat Bastian. Marina tersenyum sambil melipat surat itu. Dia merasa gembira menerima ucapan selamat Bastian meski melalui sepucuk surat. Lalu pikirannya melayang di masa yg silam. Masa bersama Bastian. Ah! Masa itu memang gembira dan ceria. Belum terlihat dalam rayuan. Belum mengenal cinta. Dan Bastian memang seorang sahabat yg baik. Marina jadi rindu ingin bertemu dengan Bastian. Rindu bisa berkumpul kembali. Saling bersendagurau.
Kina masa remaja Marina sudah usai. Semua kejadian di masa lalu hanya merupakan kenangan indah di lembaran sejarah hidupnya. Marina kini seorang ibu rumah tangga yg baik dan setia.
*****
Di ruang kerja udara Ac menyejukkan badan Djohan. Membuat kepala lancar berpikir. Sedang di luar matahari terik memanggang bumi. Kendati manusia tetap berpacu memburu keberuntungan nasib.
Djohan duduk di belakang meja tengah sibuk mengecek daftar barang yg akan masuk. Tiba tiba telphone berdering. Djohan segera mengangkat gagang telphone itu.
"O, Ayah. Ada apa ayah?" tanya Djohan.
"Siang ini Rita akan tiba di Air Port Halim. Kita siap menjemputnya," kata Burnama di pesawat telphone.
"Ba... baik, ayah," tergagap sahutan Djohan.
Dengan lemah Djohan menaruh kembali ganggang telphone itu ke induknya. Pikirannya resah dan kacau balau. Djohan menyanggah keningnya yg mendadak dirasakan berat. Dia harus menghadapi problem yg tak kecil artinya setelah Rita kembali. Tak tahu Djohan harus berbuat apa. Menerima kenyataan harus menikah dengan Rita adalah merupakan pukulan yg teramat menyakitkan. Sebab di hati Djohan tak ada Cinta.
Tergesa gesa Djohan meninggalkan kantor dan menjemput Burnama beserta istrinya. Dia meninggalkan pesan pada sekretarisnya untuk melayani setiap tamu yg datang.
Ternyata setibanya di rumah Burnama, kedua orang tua angkatnya itu menampakkan wajah berseri seri. Mereka sudah menunggu jemputan Djohan. Dan tanpa membuang waktu lagi berangkatlah mereka ke Air Port Halim.
Suasana di Air Port Halim sibuk orang yg hendak bepergian. Juga ada sebagian orang yg menjemput keluarganya. Djohan dan kedua orang tua angkatnya nampak memasuki ruang tunggu. Wajah Burnama dan isterinya cerah dan berseri seri. Sedangkan wajah Djohan gelisah dan risau. Bayangan kesuraman memenuhi benaknya. Dengan kembalinya Rita di tengah tengah keluarga Burnama akan menimbulkan problem bagi kehidupan Djohan. Kemelut akan mengintai kehancuran rumah tangga yang dibina belum lama.
Pengeras suara menyentakkan lamunan Djohan. Jantungnya berdenyut kencang. Pesawat yg ditumpangi Rita akan segera mendarat di lapangan. Kedua orang tua Rita tak sabar lagi ingin segera melihat anak gadisnya. Buru buru menuju ke pintu keluar dan memandang pesawat udara yg akan mendarat. Pesawat terbang itu mulai mendaratkan rodanya. Suara denyit roda pesawat bagaikan menyayat hati Djohan yg resah. Lalu tubuh pesawat itu semakin mendekat di landasan yg lebar. Suara denyit roda yg di rem membisingkan telinga. Dan perlahan lahan pesawat terbang itu berhenti.
Pintu pesawat tak lama kemudian terbuka perlahan lahan. Keluarlah sebuah tangga dari pintu itu. Satu persatu para penumpang bergegas turun nampak wajah wajah para penumpang yg baru saja turun dari pesawat berseri seri. Ada sebagian yg melambai lambaikan tangan.
"Itu Rita, pak!" kata Rosmari sambil menunjuk dengan gembira.
"Ya... ya... ya," sahut Burnama tersenyum.
"Djohan, sambutlah kedatangan Rita."
Dengan berat hati Djohan menyambut Rita di pintu keluar. Gadis yg ditunggu masih berjalan santai menuju tempat pengambilan barang. Baru setelah itu menuju pintu keluar. Djohan segera menyambut Rita dengan senyum yg dipaksakan.
"Rita..," panggil Djohan.
"Heii, abang Djohan!" balas Rita gembira sekali. Lantas memeluk Djohan erat erat. Seperti menghabiskan rasa rindunya yg bertumpuk tumpuk. Sedang yg dirasakan Djohan adalah kepedihan.
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Kamis, 30 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar