Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Kamis, 06 Januari 2011

PELITA CINTA! 4

Ersa masih teringat percakapannya dengan Indra di bilik hotel, apakah dia harus meninggalkan Ronald.

"Jika saya boleh memberi saran, tinggalkan Ronald, dia bukan lelaki yg baik, kelak jika kalian sudah menikah, dan dia kebingungan soal uang, dia pasti akan menyuruhuhmu lagi terjun sebagai wanita penghibur seperti ini. Kecuali kalau kamu sudah siap untuk kembali ke dunia hitam ini."

Ersa tak menjawab. Dia bingung, di sisi lain, dia benci ide gila Ronald tentang ini semua, tapi di lain sisi, dia sangat takut kehilangan lelaki itu.

"Saya tak memaksa, tapi saya ingin kamu memikirkannya," kata Indra berusaha bersikap bijaksana dan tak emosionil lagi.

Ersa mengangguk.

"Kapan kapan, kenalkan saya dengan Ronaldmu, ya?"

"Kenalkan juga saya dengan Vionamu."

"Ya. Saya yakin kamu akan suka Viona, tapi saya tak yakin kalau saya akan menyukai Ronaldmu," ucap indra agak sinis.

Ersa hanya tersenyum masam.

*****

Lagi lagi Ersa datang mengantarkan uang itu pada Ronald. Setelah ketemu Indra, perasaan Ersa pada Ronald agak lain dan berbeda. Rasanya, kadar cinta itu sudah mulai menurun. Entah kerna pesona Indra, entah kerna kata kata Indra yg sinis tentang Ronald.

"Terima kasih ya, sayang, kamu baik sekali," Ronald mengecup mesra bibir Ersa, tapi Ersa menyambutnya dingin.

"Kenapa?" tanya Ronald kecewa.

"Apanya yg kenapa?" tanya Ersa pura pura tak mengerti arah pertanyaan Ronald.

"Kamu dingin."

"Saya penat."

"Tapi saya tak ingin apa apa, saya hanya ingin ciuman kamu."

"Saya kan sudah berikan uang saya," ucap Ersa agak terdengar sinis.

"Kenapa, Er? Kamu marah?"

"Marah? Apa saya kelihatan marah?"

"Kamu dingin," sekali lagi Ronald mengucapkan kalimat yg sama.

"Saya penat, juga masih membayangkan bibir tebal dan hitam serta bau rokok yg semalaman menciumi saya," kata Ersa pura pura sedih. Padahal semalam ia hanya berbincang bincang dengan Indra yg tampan dan berbibir bagus.

"Saya minta maaf. Tapi tadi malam adalah yg terakhir. Kamu tak akan tidur dengan lelaki jelek lagi. Kamu akan tidur dengan saya."

"Tapi saya tak ingin tidur denganmu sebelum kamu menikahi saya."

"Saya akan menikahimu. Itu pasti."

"Janji?"

Ronald mengangguk.

"Janji juga untuk tak menyuruhku kerja malam lagi, ya?" pinta Ersa memohon. "Uang itu kan sudah cukup."

"Ya."

"Ron," panggil Ersa kemudian.

"Hurmmm."

"Kalau aku sedang dibooking seseorang, kamu tenang tak?"

"Tentu saja tak, saya risau, saya mikirin kamu, perasaan saya tak menentu."

"Tapi seronok kan setelah saya dapat duit?"

"Sudahlah, jangan bicara tentang hal itu lagi, saya jadi malu. Saya merasa tak berharga di hadapanmu."

"Saya yg tak berharga, kerna saya hanya seorang pelacur," ucap Ersa sedih.

"Saya yg menjadikanmu seperti itu."

"Bukan, saya sudah seperti itu sebelum kenal kamu. Kerna profesi saya itulah kita berkenalan. Dan kamu juga memberi saya kekuatan untuk keluar dari sana. Cuma sayangnya, kamu tega juga menjerumuskan saya kembali ke sana, padahal kamu selalu bicara tentang cinta."

"Saya terpaksa, saya terdesak oleh keadaan," ucap Ronald penuh sesal.

"Tak apa apa, saya cuma mohon padamu, jika suatu saat kamu perlukan uang, jangan suruh saya melakukan pekerjaan kotor itu lagi."

"Saya janji," Ronald bersumpah.

*****

"Ron, ada yg cari kamu," Tio mengetuk pintu bilik Ronald seraya memberi tahu.

"Siapa?" Ronald beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu biliknya.

Tio cuma angkat bahu.

"Masa tak kenal."

"Sepertinya baru kali ini dia ke sini, mungkin teman lama kamu sebelum kamu tinggal di sini, atau teman kuliahmu, saya kan tak kenal semua temanmu."

"laki laki atau perempuan?"

"Lihat saja sendiri," Tio tersenyum.

Ronal masuk lagi, dia menyisir dulu rambutnya yg acak acakan, dan merapikan bajunya sedikit. Siapa tahu tamunya perempuan, dan cantik, kerna dari cara Tio senyum, seperti dia memberi isyarat kalau yg datang perempuan, dan Ronald juga punya firasat begitu.

"Cepat temui, dan jangan lupa kenalin dia sama aku?" Terdengar suara Tio di depan pintu.
Ronald cuma senyum.

Setelah merasa agak rapi, Ronald keluar bilik dan menuju ruang tamu. Di sana dia mendapatkan Airin, gadis cantik yg dulu sangat dekat dengannya. Dulu, sebelum ia kenal Ersa.

"Hai," sapa Airin ragu dan terlihat risau.

"Ternyata kamu, saya kira siapa," sambut Ronald dingin.

"Ng... saya... saya rindu kamu, kerna itu saya datang ke sini."

"Siapa yg beri tahu kamu saya tinggal di sini?"

"Ari."

"So, apa perlumu mencari aku?"

"Saya kan sudah cakap tadi, saya rindu..."

"Hanya itu, kan? Kalau begitu, kamu boleh balik, kitakan sudah ketemu."

Airin mendekati Ronald yg masih berdiri dan masih belum mempersilakan gadis itu duduk apalagi menyuguhinya minum.

"Kamu masih marah padaku?"

Ronald menggeleng. "Saya bahkan sudah lupa padamu, kalau saja kamu tak muncul tiba tiba."

Airin menggeleng. " Saya tak percaya kamu lupa padaku, saya tahu betul bagaimana perasaanmu padaku waktu...."

"Itu sudah lewat, pengkhianatanmu sudah membuat habis cintaku padamu."

*****

2 komentar: