Dari hari ke bulan terus di lalui Marina dengan kesepian yg senantiasa menemaninya. Djohan datang menjenguknya tak dapat dipastikan. Kadang kadang satu bulan dua kali. Kadang pula tak pernah datang. Meski Djohan jarang menjenguknya, soal tanggung jawabnya memberi nafkah tetap rutin. Tapi bagi Marina tak hanya uang yg sekarang diperlukan sebagai seorang wanita yg masih berusia muda, dia juga memerlukan nafkah batin.
Kesepian yg selalu setia menemaninya menyebabkan Marina tak tahan hidup terus begini. Marina memutuskan untuk mencari pekerjaan. Semua itu dilakukan hanya sekedar untuk mencari hiburan. Mungkin dengan jalan itu dapat mengurangi kesepiannya yg semakin dirasa menyakitkan.
Berkat bantuan Nina dan Redo keinginan Marina mudah tercapai. Salah seorang kenalan ayah Redo menerima Marina bekerja diperusahaannya. Sebagai wanita yg memiliki paras cantik dan bentuk tubuh indah, banyak rekan kerja lelaki untuk menggodanya, ingin memiliki. Namun sikap Marina yg bisa membatasi diri membuat setiap lelaki tak berani berlaku kurang ajar. Tetap menghormati.
Suatu sore ketika Marina baru saja pulang kerja, sebuah kereta berhenti di halaman rumahnya. Dia mempercepat langkahnya kerna tahu Djohan datang. Tapi baru saja kakinya memasuki pintu rumah Djohan menegurnya.
"Sejak kapan kau bekerja?!"
"Tiga bulan yg lalu, kenapa?" Marina duduk di kursi.
"Kau tak meminta izin padaku. Aku bisa bertindak apapun terhadap direktur perusahaanmu berani menerima pegawai tanpa seizin suaminya."
"Kalau begitu abang egois"
"Aku berhak atas dirimu. Apa yg kau lakukan mencegah hal hal buruk yg akan terjadi pada dirimu," ketus Djohan.
"abang menuduhku akan berbuat curang?"
"Kemungkinan ada! Sebab kebanyakan pegawai wanita bekerja hanya untuk pelarian. Lalu mudah diajak berkencan dengan direkturnya. Demi untuk bisa lancar bekerja, rela menyerahkan harga diri."
"Mungkin hal itu terjadi pada pegawai wanita di kantor abang. Dan abang bisa beranggapan demikian kerna abang bertindak demikian. Jangan tuduh Rina seperti itu. Dan jangan punya anggapan bahwa setiap direktur bertindak seperti diri abang," bantah Marina tegas.
"Tapi ini sudah bukan hal yg baru lagi, Marina."
"Bang, jangan sepihak mencari kesenangan diri. Abang dapat memuaskan segala keinginan. Dapat hidup bahagia di sisi istri abang yg baru, tapi tak memikirkan siksaan batinku. Rina tak tahan hidup dalam kesepian. Perempuan mana yg tahan mengalami siksaan kesepian. Hari hari yg kulalui begitu menyiksa batinku. Tak ada lagi yg bisa kuharapkan dari hidupku yg pahit ini. Tak pernah berpikirkah abang tentang hati dan perasaanku?"
"Cukup, Marina!"
"Abang... Ketahuilah, siksaan paling berat bagi seorang istri adalah rasa kesepian. Jangan salahkan saya yg berusaha mencari hiburan kerna dibalut kesepian yg menyakitkan ini," ketus Marina dengan serak. Kedua matanya bergenang air tipis yg berkilau kilau.
Djohan bangkit mendadak dan memegang bahu Marina kuat kuat. Mata Djohan menatap tajam wajah Marina.
"Sekarang kau banyak berubah. Lupakah kau pada janjimu yg akan tetap setia padaku?!"
"Tak pernah kuingkari sumpah setiaku sampai ini."
"Tapi kau akan memulainya dari sekarang untuk tak setia."
"Belum cukupkah apa yg kubuktikan selama satu tahun menjadi istri abang? Ditambah lagi ketabahanku menghadapi kepahitan dan penderitaanku? Kalau sejak dulu aku tak setia pada abang, untuk apa saya tetap rela menerima kenyataan yg menyakitkan ini? Mungkin saya sudah lari meninggalkan abang."
Djohan memeluk Marina erat erat. Perasaannya menjadi bersalah kerna menuduh istrinya tak lagi setia. Rambut Marina dibelainya mesra.
"Maafkanlah abang, sayang." Djohan sangat terharu sekali.
"Abang..." panggil Marina meminta sesuatu.
Dan Djohan segera mengajak Marina masuk ke dalam Bilik.
*****
Mula mula Marina tak mengenali sepasang suami istri yg berjalan melintasi restauran. Sore itu Marina bersama Nina dan Redo sedang menikmati makanan. Dengan mendadak Marina bangkit dan memburu ke ambang pintu. Diamatinya sepasang suami istri yg berjalan itu. Perasaannya jadi penasaran ketika sepasang suami istri itu memasuki sebuah toko. Marina tanpa pikir panjang lagi menyusulnya. Sehingga Nina dan Redo ingin tahu apa yg akan dilakukan Marina.
Mendekati toko itu langkah Marina hati hati. Jantungnya berdetak tak teratur. Di depan kaca etalase toko Marina mengintip sepasang suami istri itu. Matanya nanar memperhatikan perut wanita itu. Perut wanita itu buncit besar terlindung daster panjang berwarna biru tua. Dan tubuh Marina menjadi gemetar. Sepasang suami istri itu tak lain Djohan dan Rita.
Penglihatan Marina jadi kabur kerna dikelopak matanya bergenang air bening yg tipis. Apa yg dilihatnya adalah semacam duri yg menusuk hatinya. Sakit dan pedih. Marina tak tahan lebih lama memandang sepasang suami istri itu. Sebab perasaannya dibakar api cemburu dan kehancuran. Maka dia berlari kembali ke restauran dengan berusaha menahan jatuhnya air mata. Bibirnya digigit kuat kuat.
*****
:-):-):-)
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Selasa, 04 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar