Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Minggu, 02 Januari 2011

Kurengkuh Duka Nestapamu! 13

Malam yg sedang turun rintik rintik itu, dengan perasaan pedih Marina datang ke rumah Nina. Dia ingin mengadu nasibnya pada sahabatnya itu. Kedatangan Marina sangat mengejutkan Nina yg sudah sekian lama tak pernah saling bertemu.

"Haiii, angin apa yg membawamu kesini?" tegur Nina.

"Angin? Bukan angin melainkan badai," sahut Marina tersenyum hambar.

"Suamimu tak kau ajak kesini?"

Marina cuma menggeleng. Matanya berkaca kaca. Hal itu membuat Nina memandang Marina.

"Kau nampak sedih sekali, kenapa?"

Marina menggigit bibirnya menahan kepedihan di hati. Nina dapat merasakan sesuatu yg menekan perasaan Marina. Segera diajaknya Marina masuk ke dalam bilik. Mereka duduk di atas tempat tidur.

"Kau gaduh dengan Djohan?" tanya Nina penuh perhatian.

Marina menggeleng dan setitik air mata jatuh di pipinya.

"Lalu kenapa?"

"Djohan... akan menikah lagi," kata Marina sedih.

Nina tersentak.

"Dengan gadis mana dia akan menikah?"

"Putri tuan Burnama."

"Mana mungkin?" gumam Nina heran.

"Aku juga tak pernah menduga kalau Djohan bukan putra tuan Burnama. Djohan menikah kerna harus balas budi. Keluarga tuan Burnama yg telah membuatnya menjadi orang terhormat dan terpandang. Dulu Djohan hanya seorang perantauan dan mencari nafkah sebagai penyelundup. Bintang terang mulai merubah hidupnya ketika berkenalan dengan tuan Burnama. Rupanya putri tuan Burnama yg bernama Rita menaruh hati padi Djohan. Gadis itulah yg memperjuangkan nasib Djohan menjadi seorang direktur. Sekarang Djohan harus membalas budi kebaikan itu dengan menikah. Menikah dengan Rita." tutur Marina sedih.

"Kau mempunyai hak sepenuhnya atas diri Djohan. Kalau kau tak mengizinkan Djohan menikah dengan Rita, hal itu tak mungkin bisa terjadi."

"Aku dalam posisi terjepit," kata Marina terisak pilu.

"Kau lebih kuasa sebagai istri pertama."

"Tapi aku tak ingin melihat Djohan menderita di dalam penjara."

"Itu ancaman keluarga Burnama?"

"Ya. Djohan telah melakukan tindak korupsi, memakai uang perusahaan untuk membeli sebuah rumah yg kami tempati sekarang."

Nina mengeluh panjang. Ikut sedih melihat keadaan Marina yg mengalami nasib malang. Terpaksa merelakan suaminya menikah lagi kerna keadaan yg memaksa.

"Sungguh tak kuduga, kepahitan itu harus kau reguk," gumam Nina sedih.

Isak tangis Marina menyayat nyayat hati dan perasaan Nina. Gadis itu memeluk pundak Marina.

"Tabahkanlah hatimu, Marina. Mungkin ini hanya merupakan cobaan dalam kehidupanmu. Belum tentu hidupmu selamanya akan menderita."

"Sanggupkah aku? Sanggupkah? Kepedihan dan siksaan yg kualami sekarang belum separah nanti. Bagaimanapun juga cinta dan kasih sayang tak dapat terbagi, Nina." Marina terisak isak pilu.

"Masihkah kau mencintai, Djohan?"

"Terlalu besar cintaku padanya, sehingga keadaan yg akan terjadi sungguh menyiksa batinku."

"Kalau kau masih mencintai Djohan, tetaplah pada kesetiaan. Jika Djohan sungguh sungguh mencintaimu, pasti dia akan kembali padamu."

Marina mengusap air matanya. Dia bangkit dari tempat tidur dan mohon diri. Nina mengantarnya sampai di ambang pintu. Perasaan Nina ikut bersedih menyertai kepergian Marina. Setelah Marina lenyap dari pandangannya, segera ditulisnya surat kepada Bastian. Menceritakan keadaan Marina sekarang.

*****

pesta perkawinan Djohan dengan Rita Burnama dirayakan secara meriah dan megah. Gedung pertemuan yg digunakan peresmian perkawinan itu hampir tak mampu menampung para undangan. Kereta para tamu memadati jalan sampai menyebabkan alur lalu lintas jadi macet. Tak mengherankan kerna yg mempunyai hajat seorang pengusaha kaya raya.

Sepasang mempelai duduk di pelaminan. Wajah mempelai putri berseri seri penuh kebahagiaan. Namun wajah mempelai lelaki kelihatan murung dan sendu. Senyum yg menghiasi wajah Djohan bukan cetusan kebahagiaan dari hati nuraninya, melainkan senyum paksaan. Tak akan ada yg tahu perasaan yg terkandung di dalam dada lelaki itu. Dia disergap sergap kepedihan yg tak terkirakan. Ingat istrinya yg terbaring di atas tempat tidur dengan berlinangan air mata.

Sebelum pesta usai, kedua mempelai itu sudah meninggalkan gedung pertemuan. Djohan mengusulkan pada kedua orang tua Rita dengan alasan badannya kurang sehat. Tapi tanggapan kedua orang tua Rita seolah olah mengerti. Pasti Djohan sudah tak sabar menunggu pesta usai. Agar bisa cepat cepat beranjak keperaduan menikmati indahnya malam pertama.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar