Selesai menelph0ne Djohan Rosmari dan Burnama menghampiri anak gadisnya yg masih menangis di bilik.
"Hentikanlah menangismu, Rita." Rosmari menasehati anaknya.
"Djohan telah mengkhianati cinta, Rita. Walau apapun yg akan terjadi, Djohan harus menjadi suami Rita," kata Rita sembari terisak isak.
Burnama hanya bisa berjalan mondar mandir di dalam bilik. Sebentar sebentar memandang anak gadisnya yg menangis terisak isak.
"Tenanglah, Rita," Rosmari membelai rambut anaknya.
"Rita tak ingin berpisah dengan Abang Djohan," lanjut gadis itu.
"Tentu. Kami juga tak ingin sia sia menjadikan Djohan orang terpandang dan berhasil dalam dunia bisnis. Kalau saja kita kehilangan Djohan, berarti perusahaan kita akan jatuh. Tetap Djohan akan kami paksa menikah denganmu. Menceraikan Marina," kata Burnama tegas.
"Kalau Djohan mengelak?" tanya Rosmari.
"Dia akan kehilangan jabatan dan mungkin bisa masuk penjara. Pasti dia telah menggunakan uang perusahaan untuk membelikan rumah Marina."
Sejenak ruangan itu hening. Isak tangis Rita mulai menghilang. Dan di luar terdengar suara kereta memasuki halaman. Pasti Djohan yg datang. Wajah wajah yg ada di dalam bilik nampak demikian tegang dan menyimpan kemarahan.
Burnama dan Rosmari menyambut kedatangan Djohan di ruang tengah. Suasana yg lenggang menimbulkan firasat buruk bagi Djohan yg baru saja masuk rumah. Apalagi ditambah wajah wajah yg sedang duduk menunggu di ruang tengah.
"Selamat siang, ayah, ibu," Djohan menganggukkan kepala.
"Duduk!" perintah Burnama singkat.
Djohan duduk di kursi berhadapan dengan kedua orang tua angkatnya.
"Jangan coba coba bohong, Djohan!" tutur Burnama mengancam.
Dengan serius Djohan menghadapi apa yg akan dibicarakan Burnama. Dia sama sekali tak menduga, bahwa keadaan dirinya yg sebenarnya sudah diketahui mereka. Nampaknya Djohan masih tenang saja.
"Apa benar kau sudah menikah dengan Marina?!" tanya Burnama.
Pertanyaan Burnama mengejutkan Djohan. Meski itu pertanyaan, tapi sudah bernada tahu kepastiannya. Maka Djohan gelagapan memberikan jawaban. Dia risau dan ketakutan.
"Jawab!" bentak Burnama.
"I... iya, ayah."
Burnama melompat turun dari tempat duduk dan siap menampar muka Djohan. Rosmari buru buru mencegah tindakan suaminya.
"Sabar, pa. Segala sesuatu dapat diselesaikan dengan kepala dingin," nasehat Rosmari.
"Betapa tak tahu diri, kau! Dari dulu aku mendidikmu menjadi orang pandai dan bisa terpandang, tapi kau mengkhianati kami. Mengecewakan kami! Begitukah caramu membalas kebaikan kami?!" tutur Burnama pedas.
Ada semacam sebilah sembilu yg mengiris iris hati Djohan. Pedih sekali mendengar kata kata Burnama. Hanya yg dapat dilakukan Djohan tertunduk namun hatinya tersayat luka yg begitu pedih.
"Kau abaikan kami bagai orang yg tak berguna. Tak pernah berbuat kebaikan padamu. Kau berani melanggar nasehat kami, tetap menikah dengan Marina. Sekarang katakan, darimana kau memperoleh uang sehingga bisa membelikan rumah Marina di Pondok Indah?!" Burnama semakin emosi.
Djohan tak dapat menjawab.
"Dari mana, cepat katakan!!" bentak Burnama.
Tubuh Djohan menggigil ketakutan. Ingin mencari alasan dan mengatakan uang itu didapat dari keuntungan pribadi, namun suaranya terhenti di kerongkongannya. Seperti ada batu yg menyumbat.
"Pasti kau memakai uang perusahaan untuk membelikan rumah Marina. Jangan berusaha mengelak, Djohan. Besok akan kusuruh Rita mengecek keuangan di kantor," desak Burnama.
"Memang saya memakai uang kantor, ayah."
"Berapa yg telah kau pakai?!"
"Dua puluh lima juta."
"Bajingan kau!" teriak Burnama sembari mengangkat telapak tangan siap menampar muka Djohan. Rosmari dengan sekuat tenaga mencegah tindakan suaminya.
"Sabar, pa. Sabar...," tutur Rosmari seraya mendorong badan suaminya untuk menjauh dari Djohan.
"Sekarang tinggal kau pilih, secepatnya menikah dengan Rita atau masuk penjara!" ancam Burnama.
Tak terasa airmata Djohan jatuh perlahan lahan di pipinya. Dia harus menerima kenyataan menikah dengan Rita. Kalau tak dia akan masuk penjara dan semua barang miliknya akan disita Burnama. Termasuk rumah yg sekarang.
Langkah pergi dari hadapan kedua orang tua Rita. Langkahnya gontai, sedang hatinya tersayat sayat sembilu. Alangkah pahitnya kenyataan ini. Alangkah kejamnya hidup ini. Aku harus menebus balas budi dengan mengorbankan kebahagiaan. Membuat orang yg kucintai menderita siksaan batin. Ratap Djohan sedih sekali. Tapi garis hidup yg di tempuh Djohan memang harus demikan, dalam sesal yg berkepanjangan. Menikah dengan Rita yg sudah Perawan Tua, yang usianya lebih tua dari Djohan.
*****
kita sudah berjalan lama...:
1 tahun kebahagian;
12 bulan kedamaian;
365 hari kesuksesan;
8.760 jam cinta;
525.600 menit kasih sayang;
31.536.000 detik berkat berkat Allah.
Jika kita selamat sampai sekarang, tentu bukan kerna kita mampu, tapi kerna ALLAH BERSERTA KITA....
SELAMAT TAHUN BARU 2011
semoga di tahun 2011, kita semua bisa menjadi manusia yg lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
Ameen!!
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Sabtu, 01 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar