Dua malam Djohan tak pulang kerumah Marina. Lelaki itu seperti terkurung dalam sangkar emas yg menyakitkan hati dan perasaan.
Terbelenggu dalam nestapa. Sedangkan Marina di rumah menunggu kapan sang suami balik. Tak hanya sekedar menunggu saja. Melainkan juka tersiksa oleh kerisauan. Menduga duga barangkali terjadi kemalangan yg menimpa diri suaminya.
Apa yg dialami Marina sekarang serba tak menentu. Duduk salah, berdiri gelisah, tidurpun risau. Dia hanya bisa mengurangi perasaan yg tak menentu itu dengan berjalan mondar mandir di dalam rumah.
Di luar sebuah kereta berhenti. Marina melihat melalui jendela ruang tamu. Ternyata yg dilihat bukan suaminya yg datang. Melainkan gadis yg tak di kenalnya kemarin. Ada apa? Mungkin gadis itu akan memberi tahu kejadian yg menimpa Djohan, pikir Marina dengan gelisah.
Rita melangkah menuju teras rumah. Sebelum tiba diambang pintu, Marina sudah menyambutnya. Sambutan yg ramah dengan tak meninggalkan seulas senyum bersahabat.
"Silahkan masuk, cik,"
Rita langsung masuk dan duduk di kursi sambil menatap Marina tajam. Tatapan Rita membuat Marina risau.
"Sudah bertemu Abang Djohan?" tanya Marina lunak.
"Untuk selamanya Djohan akan tinggal bersama kami!" tutur Rita.
Ucapan Rita mengejutkan Marina. Sungguh aneh gadis ini. Siapakah sebenarnya gadis ini pikir Marina. Apa hubungannya dengan abang Djohan.
"Apakah saya tak salah dengar apa yg baru saja cik katakan?" tanya Marina bingung.
"Saya tak nak mengatakan sembarangan sebelum kau mengenal Djohan, mengenal pribadi dan keadaannya, akulah yg lebih dulu tahu. Tahu siapa sebenarnya Djohan. Genap empat tahun Djohan ikut keluarga kami. Dahulu Djohan kami temukan sebagai orang perantauan yg tak punya tempat tinggal. Tak punya kedudukan. Dia tak lebih dari seorang buruh pelabuhan dan penyelundup. Keluarga Burnama menarik Djohan dari kehidupan miskin yg senantiasa mencari nafkah dengan jalan hitam. Sebagai penyelundup dan tukang tadah barang barang gelap."
Marina dilanda perasaan risau dan bingung. Apa yg dikatakan Rita merupakan pukulan berat bagi batinnya. Namun Marina tak lekas percaya dengan apa yg dikatakan gadis itu.
"Apa hubungan cik dengan Abang Djohan?"
"Saya calon istri Djohan. Sayalah anak tuan Burnama yg menarik Djohan menjadi manusia terpandang dan mempunyai kedudukan.
Seketika tubuh Marina bagai tak bertulang lagi. Hilang daya kekuatan dalam dirinya. Dia terhenyak di tempat duduk.
"Tak mungkin...," gumam Marina. Kedua mata Marina berkaca kaca.
"Bagaimana tak mungkin? Kau bisa melihat kenyataan itu. Djohan membelikan rumah ini dengan segala perabotan yg mewah memakai uang perusahaan. Sedangkan perusahaan itu milik ayahku. Dia telah melakukan tindak pidana korupsi!" kata Rita mantap.
"Ooooh... Tuhan," keluh Marina kehilangan daya pikir lagi.
Sebuah kereta berhenti di depan rumah. Djohan nampak terburu buru berjalan masuk di halaman. Pandangan Marina kabur dapat menangkap kehadiran Djohan di ambang pintu.
"Nak apa kau ke sini, Rita?!" tegur Djohan emosi.
"Aku memberi tahu keadaan yg sebenarnya."
"Untuk apa?!"
"Untuk menjelaskan bahwa kita akan menikah secepatnya."
"Kau telah menyakiti hati Marina!" bentak Djohan.
Sementara itu Marina tak dapat lagi membendung tangisnya. Keterangan yg baru saja di katakan Rita telah menghancurkan hatinya. Djohan akan segera menikah dengan Rita. Rupanya inilah yg sering dikatakan Djohan, bila kebahagiaan mereka akan dihancurkan. Ternyata sekarang terbukti.
Djohan sangat iba melihat istrinya yg menangis terisak isak. Segera dipeluknya tubuh Marina. Mendekapnya erat erat.
"Kau kejam!" geram Djohan sambil menunjuk muka Rita.
"Kau tak tahu diri! Tanpa aku tak mungkin kau menjadi orang terpandang dan hidup kaya raya seperti ini. Kau akan tetap menjadi gembel yg setiap waktu menjadi buruan polisi," balas Rita tak kalah berangnya.
"Kau telah menginjak injak harga diriku, Rita!" ucap Djohan.
"Aku yg membujuk papa agar kau diberikan kepercayaan dan bisa menjadi pekerja tetap di kantor. Aku terus membujuk papa supaya kau diberi kesempatan untuk kursus management. Dan mengusulkan untuk dijadikan wakil direktur. Terus menjadi seorang direktur. Di berikan kuasa penuh memegang perusahaan. Tanpa bantuanku kau tak akan bisa seperti sekarang ini. Tapi kau tak tahu diri. Membalas air susu dengan air tuba. Tak menyadari dari mana asalmu!" tutur Rita menyakitkan.
"Cukuuuup!" teriak Djohan histeris.
Marina yg berada di pelukan Djohan menangis pilu. Hinaan Rita merobek robek hati dan perasaannya.
"kau telah mengkhianati kebaikan budi kedua orang tuaku. Tetap kau langgar larangan mereka menikah dengan perempuan itu! Perbuatanmu semakin membabi buta. Kau korupsi uang perusahaan ayahku guna membelikan rumah dengan segala isinya yg serba mewah. Setelah itu apalagi yg akan kau perbuat demi membahagiakan istrimu itu!"
"Diaaam!" pergiii kau dari rumah ini, sebelum kulempar ke luar!" teriak Djohan.
Rita bergegas meninggalkan Ruangan itu sambil berjalan dia mengutuk Djohan.
*****
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Sabtu, 01 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar