Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Rabu, 05 Januari 2011

PELITA CINTA! 3

Ersa kembali masuk ke sebuah bilik hotel. Kali ini tak dengan lelaki setengah baya atau gendut, tapi dengan seorang lelaki muda, usianya sekitar tiga puluh lima. Wajahnya juga lumayan tampan, hingga jika Ersa tidur dengannya, tak terlalu jijik.

Lelaki yg memperkenalkan dirinya dengan nama Indra itu, tak kelihatan bernafsu pada Ersa. Dia kelihatan tenang dan wajar. Jarang Ersa temui yg seperti ini.

"Kamu cantik sekali.." Indra berkata lembut seraya menatap lekat wajah Ersa.

"Terima kasih."

Indra mendekat, lalu meraih pinggang Ersa, dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Ersa balas memeluk. Namun ketika tangannya bermaksud membuka baju Ersa, dia menarik kembali, kerna tiba tiba saja dia ingat seseorang. Dia ingat almarhumah istrinya.

"Kenapa, bang?" tanya Ersa yg heran dengan sikap Indra yg tiba tiba saja bangkit lalu duduk termenung.

"Saya ingat istri saya," ucap Indra sejujurnya.

"Suami yg baik, beruntung sekali istri bang Indra," ucap Ersa memuji.

"Kamu salah, saya suami yg jahat, saya selalu mengkhianatinya. Sering kali saya mencari perempuan penghibur sepertimu. Kencan dengan banyak perempuan, sampai suatu hari, ia temui saya sedang tidur dengan sahabatnya, di rumah sahabatnya. Dia shock, dia kemudian pergi membawa hatinya yg luka dengan mengemudikan kereta, sampai akhirnya,....." Indra sangat sedih sekali.
"Kereta itu menabrak tiang listrik dan dia.... dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Saya merasa sayalah yg telah membunuhnya. Sejak itu, saya tak mau mendekati perempuan lagi, bahkan saya pun menjauhi Rena, sahabat istri saya yg menjadi kekasih saya. Saya menjauhi semua wanita untuk menebus dosa saya. Setahun ini saya hanya menyesali dosa saya yg rasanya tak akan terampunkan. Tapi akhirnya saya sadar, hidup masih berlangsung dan saya tak perlu terus tenggelam dalam penderitaan" cerita Indra dengan nada penuh luka. Entah kenapa dia ingin jujur dan bercerita apa adanya pada Ersa, padahal mereka baru kenal.

"Kalau bang Indra ingin menyembuhkan penderitaan bang Indra. Seharusnya bang Indra mencari gadis yg baik, bukan saya. Abang juga tak boleh lagi datang pada wanita seperti saya, dan harus mengubah sikap Bang Indra. Bang Indra harus menikah sekali lagi, dan menjadi suami yg baik. Dan jangan pernah lagi mendekati wanita seperti saya, kerna bang Indra bisa membunuh istri bang indra lagi. Misalnya dengan AIDS yg ditularkan melalui hubungan intim."

Indra memandang Ersa lagi, Ersa bicara bukan sebagai Wanita penghibur, tapi bicara sebagai seorang sahabat dan seorang gadis yg baik.

"Tak percaya saya mendengar ucapan itu dari mulutmu."

"Kenapa?"

"Pada dasarnya, kamu pasti gadis yg baik, lalu apa yg mendorongmu melakukan pekerjaan ini?"

"Ng...," Ersa tertunduk.

"Kamu menanggung biaya hidup keluargamu? Berapa adikmu?"

"Bukan," Ersa mengangkat lagi wajahnya. " Saya melakukannya untuk kekasih saya"

"kekasih kamu?" Indra terkejut. " Dia yg menyuruhmu? Dia memaksamu? Dia menjualmu?" Indra bertubi tubi memberikan pertanyaan dengan sedikit emosi.

"Tak, saya ingin membantunya mencari uang untuk membayar uang kuliahnya. Dan hanya dengan cara ini saya bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu cepat."

"Ya, Tuhan," Indra mendesah berat.
"Dia tahu kamu melakukan ini?"

"Dia yg mendorongnya saya seperti ini"

"Gila! Dia pasti tak mencintaimu, jika dia mencintaimu, dia tak akan membiarkan lelaki lain menjamahmu, apalagi menidurimu, apa pun alasannya."

"Tapi tak ada cara lain yg bisa kami lakukan untuk mendapatkan uang banyak."

"Itu bukan alasan bagi dia untuk menjual kamu."

"Dia tak menjual saya, saya yg mau melakukannya sendiri," meski Ronald jahat, Ersa tetap membelanya.

"Dia memang tak menjual kamu, tapi dia memanfaatkanmu. Itu sama jahatnya. Kamu harus meninggalkannya."

"Tak, saya harus mendapatkan uang yg cukup, baru saya berhenti."

"Berapa uang yg kamu perlukan? Saya akan memberikannya padamu, tapi tinggalkan semua ini."

"Bang Indra....," Ersa tak percaya.

"Saya simpatik padamu. Tadi kamu menasehati saya seperti seorang sahabat, saya suka mendengarnya. Dan saya tahu kamu gadis yg baik. Saya ingin bersahabat denganmu. Dan sebagai sahabat saya ingin membantu."

"Sungguh?" mata Ersa berkaca kaca. Dia terharu, menemukan seorang lelaki yg baru dia kenal, bahkan kenal dalam posisinya sebagai penghibur, tapi sangat menghargainya, bahkan Rendy dan Ronald yg mengaku sangat mencintainya pun telah menginjak injak harga dirinya dengan menodainya dan menjeremuskannya ke dalam kehidupan malam yg kelam. Tapi Indra?

"Kamu mau bersahabat denganku?"
Ersa mengangguk.

Dan malam itu, Tak terjadi apa apa di bilik hotel itu.kecuali Mereka saling berbagi cerita, tentang masa lalu mereka. Dan Indra punya seorang anak kecil yg berusia lima tahun namanya Viona, hasil dari pernikahannya.

Tapi meski tak melakukan apa apa, indra membayarnya, dan memberi tambahan untuk mencukupi kekurangan uang kuliah Ronald.

"Jika saya boleh memberi saran, tinggalkan Ronald, dia bukan lelaki yg baik."

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar