Airin menggeleng." saya tak percaya kamu lupa padaku, saya tahu betul bagaimana perasaanmu padaku waktu...."
"Itu sudah lewat, pengkhianatanmu sudah membuat habis cintaku padamu."
"Tak ada yg tersisa sedikit pun?"
"Tak ada, sekarang hatiku sudah dimiliki oleh gadis lain. Namanya Ersa kalau kamu ingin tahu."
"Ari sudah cerita. Tapi Ari cakap, saya masih jauh lebih cantik dan lebih baik dari dia, kerna dia hanya seorang...."
"Seorang apa?" tanya Ronald tegang, kerna ia takut Airin tahu siapa Ersa sebenarnya.
"Dia seorang pelayan toko."
"Memangnya rendah?"
"Tak, tapi sayangkan kalau kamu yg tampan dan mahasiswa punya kekasih seorang pelayan...."
"Ai, saya tak suka cara bicaramu yg seolah menganggap rendah dia."
"Kenapa? Saya kan bicara apa adanya."
"Dia gadis yg baik...," tapi Ronald tak melanjutkan ucapannya, kerna kenyataannya, Ersa bukan gadis yg baik. " Ah, Sudahlah, kamu datang bukan untuk membahas tentang Ersa, kan?" ucap Ronald akhirnya.
"Memang tidak, Ron, saya datang tidak untuk membahas masalah siapapun, kecuali tentang kita."
Ronald menggeleng, " Saya tak ingin membicarakannya lagi."
"Tapi saya cinta kamu dan masih perlu kamu."
"Kenapa tak dari dulu? Kenapa kamu baru bicara begitu setelah Ricky mencampakanmu."
"Ricky tak pernah mencampakkan aku, dia masih cinta aku, tapi setelah berapa tahun aku berpikir, aku sadar kamulah yg terbaik."
"Bohong," ucap Ronald sinis.
Airin mendesah berat, dia putus asa dan kecewa sekali. Ronald sama sekali tak memberinya kesempatan.
"Apa benar benar tak ada maaf untukku, Ron?" suara Airin memelas.
"Ada, dan saya sudah memaafkannya."
"Tapi saya mengharap tak hanya itu, saya ingin kita...."
"Tak Ai, ketika kamu pergi dengan Ricky, saya kecewa sekali, sampai sampai aku kenal obat obatan terlarang, kenal minuman keras, kenal kehidupan malam dan kenal...," lagi lagi Ronald memotong kalimatnya, dia hampir terbentur pada sebuah kenyataan siapa Ersa sebenarnya. Kerna di antara kehidupan malam yg bernama prostitusi dia kenal Ersa. Beruntung memang, kerna setelah kenal Ersa dia merasa mendapatkan cinta sesungguhnya.
Hanya saja, Ersa memang bukan gadis yg di inginkan menjadi menantu bagi orang tuanya, andai mereka tahu siapa Ersa yg sesungguhnya.
"Kenal siapa, Ron?"
"Tentu saja kenal suatu kehidupan yg memeritkan, saya rusak, saya hancur, sampai akhirnya saya ketemu Ersa, dan selamatlah saya."
"Begitu hebatnya dia, Ron?" tanya Airin iri. " saya ingin sekali kenal dia dan mengucapkan terima kasih untuk kebaikanya padamu."
"Kenapa kamu yg mengucapkan terima kasih?"
"Kerna dia telah menyelamatkan lelaki yg saya cintai."
"Bohong" ucap Ronald sinis.
"Saya mencarimu dengan satu harapan, kita bisa menyambung kembali cinta kita yg sempat terpenggal oleh kehadiran Ricky," ucap Airin sayu, namun penuh harap.
"Sudahlah Ai, lupakan semuanya. Kalau kamu juga sudah bosan dengan Ricky seperti kamu bosan padaku dulu, cari saja laki laki lain, tak perlu mencari cari aku."
"Kenapa kamu tak juga percaya dan mengerti perasaanku, Ron?"
"Kerna dulu kamu juga tak mengerti perasaanku," jawab Ronald agak emosi.
"Ketika aku sangat cinta kamu, sangat memerlukanmu, kamu malah pergi dengan Ricky. Saat itu aku merasa tak sanggup menerima, aku sangat kecewa dan terluka, dan aku melakukan kebodohan yg menyesatkan. Akibatnya bukan hanya fisik dan mentalku yg rusak, kuliahku pun bahkan terancam DO. Dan kini kamu datang begitu saja, seolah tak melakukan dosa apa pun."
"Ron..., saya menyesal sekali, saya ingin minta maaf dan memperbaiki semuanya."
"Semuanya terlambat."
"Tak apa apa, saya sendiri tak memaksamu."
Ronald mendesah, dia merasa ada beban berat yg mengganjal batinnya. Jika di lihat dari fisik, Ersa memang lebih cantik, tapi di lihat dari sisi lain, moral misalnya, mungkin Airin masih lebih baik, begitupun dengan status sosial dan hal lainnya. Tapi Ersa, juga punya cinta yg tak patut diragukan. Ersa mau melakukan apa saja untuk Ronald, dan mau mengorbankan segalanya, termasuk harga dirinya. Pengorbanannya memang terlalu berlebihan, hal itu menyurutkan kekaguman Ronald terhadapnya, di mata Ronald, Ersa menjadi rendah dan kurang berharga. Dia memang berbeda dengan Airin, meski penampilannya tak selembut dan seanggun Ersa, hatinya malah lembut dan di balik kelembutannya yg tersamar itu, dia punya hati dan prinsif kuat tentang harga dirinya sebagai seorang gadis. Sekilas, penampilannya memang agak terkesan nakal dengan dandanannya yg sexy dan modis, tapi ternyata dia cukup tangguh sebagai seorang gadis masa kini. Hampir dua tahun Ronald menjadi kekasihnya, belum pernah Ronald membawanya ke tempat tidur. Sedang Ersa....
Tapi entahlah, masih seperti dulukah dia setelah hampir setahun ia bersama Ricky? Rasanya sayang sekali jika Airin harus berubah.
"Sejauh mana hubunganmu dengan Ricky?" tanya Ronald tiba tiba.
"Maksud kamu?" tanya Airin tak mengerti.
"Kamu pernah tidur dengannya?"
"Kenapa kamu tanyakan itu?" Tanya Airin agak marah.
*****=>
Aku bukan permata penghias mahkota,aku hanya serpihan kaca yang terbuang,aku bukan pujangga yang kau puja,aku hanya penulis murahan,yang terbiar di tepi jalan,karyaku hanya inspirasi picisan,jangankan hendak menulis 10 judul dalam 1 jam,satU bAitpun aku haBiskan berbulan bulan,aku tidak memiliki kepandaian menulis,aku cuma ada keinginan.
Ucapan saya
Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.
Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..
Sabtu, 15 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar