Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Sabtu, 05 Februari 2011

PELITA CINTA ! 6

Masih seperti dulukah dia setelah hampir setahun ia bersama Ricky? Rasanya sayang sekali jika Airin harus berubah.

"Sejauh mana hubunganmu dengan Ricky?" tanya Ronald tiba tiba.

"maksud kamu?" tanya Airin tak mengerti.

"Kamu pernah tidur dengannya?"

"Kenapa kamu tanyakan itu?" tanya Airin agak sinis. "Apa kerna kamu sudah pernah tidur dengan Ersa?"

"Saya nanya, dan saya perlukan jawaban kamu, bukan pertanyaan," sergah Ronald.

"Tapi saya tak suka pertanyaan itu, saya terasa, kerna sejak dulu sampai sekarang prinsip saya sama. Dan sata tetap tak setuju seks sebelum menikah."

"O Ya?" terbersit rasa kagum. Dan..., ah, pasti sangat sukar mencari gadis seperti itu di era sekarang ini. "syukurlah, saya lega," ucap Ronald senang.

"Kamu sendiri?"

"Jangan tanya saya, saya tak tahu."

"Kamu pasti berbeda, kamu pernahkan tidur dengan Ersa?"

Ronald tidak menjawab.

"Kamu harus adil, kamu harus jawab pertanyaan saya dengan jujur."

"Jika saya pernah tidur dengan Ersa, apa kamu akan jijik padaku dan tak ingin lagi kembali padaku?"

"Kenapa kamu tanyakan itu? Apa kamu memberiku harapan untuk menerima aku kembali?" Airin balik bertanya, dan nadanya memang masih sarat akan harapan.

"Jangan bermimpi, saya sudah putuskan untuk menikahi Ersa kelak."

"Kamu yakin?" tanya Airin kecewa.

Ronald mengangguk.

"Sungguh?"

"Ya."

"Dia baik, Ron? Maksudku, kepribadiannya? Apa dia type kamu dan pantas menjadi istri bagi kamu dan ibu untuk anak anakmu?"

entahlah, sebenarnya Ronald tak yakin, apalagi jika ingat akan latar belakang dan masa lalu Ersa yg hitam pekat. Pantaskah ia menjadi istri Ronald dan menjadi ibu bagi anak anaknya kelak? Untuk menjadi seorang ibu, tentu diperlukan seorang wanita yang baik agar dapat melahirkan anak anak yg baik pula. Tapi jika Ersa ingin memperbaiki hidupnya dan telah bertekad untuk itu, kenapa tak ia beri kesempatan? AH, entahlah, lagi pula Ronald sebenarnya masih jauh jika bicara tentang pernikahan. Dia hanya ingin membuktikan pada Airin kalau ia sudah tak perlukan dia lagi.

"Kalau memang begitu, maaf saya mengganggu kamu, tapi kapan kapan, kenalkan saya dengan Ersa."

Ronald hanya mengangguk pelan.

"Dia pasti cantik sekali."

"Memangnya Ari tak cerita?" tanya Ronald dengan nada bangga. Tapi di balik ucapan itu, ia sadar, Airin lebih punya banyak nilai tambah dibanding Ersa. Kelebihan Ersa hanya satu, dia jauh lebih cantik.

"Hurmm, maaf saya tadi sempat mengatakan padamu kalau Ersa hanya seorang pelayan toko," ucap Airin.

"Tak apa apa. Tapi sebenarnya dia bukan pelayan, tapi dia kasir."

"Sama sajakan?" getus Airin agak sinis.

"Memang sama saja, dan bagiku, siapapun dia tak ada bedanya. Saya tetap sayang."

perih menggores hati Airin. Dia iri dan cemburu. Lalu buru buru ia pamit pulang, sebelum Ronald semakin membanggakan kekasihnya di hadapannya.

Dan entah kenapa, seperginya Airin, Ronald malah terus memikirkannya dan membanding bandingkan gadis itu dengan Ersa. Dan dia juga tiba tiba merasa bersalah atas sikapnya yg dingin pada Airin tadi. Ah, kenapa harus sedingin itu? Masih sakit hatikah dia? Sadar atau tidak, rasa sakit itu masih ada, barangkali kerna ia masih menyimpan perasaan cintanya pada Airin.

Dulu, cintanya pada Airin memang sangat mendalam. Begitu dalam, hingga ia terluka parah. Untuk menyembuhkan lukanya, dia malah merusak dirinya sendiri dengan membenamkan hidupnya pada minuman keras dan obat obatan terlarang, sampai ia ketemu Ersa. Dan kerna Ersa berasal dari dunia yg sama dengannya, mereka bersama sama juga keluar dari sana dan bertekad memperbaiki diri. Dan keduanya berjanji untuk saling memaafkan masa lalu mereka dan saling menerima. Tapi entahlah, Ronald sendiri sering dihinggapi rasa ragu, dia tak yakin kalau dirinya bisa menerima dengan sepenuh hati keadaan Ersa. Kerna seperti kata Airin tadi, Ronald tak hanya mencari kekasih untuk dirinya, tapi juga harus mencari ibu bagi anak anaknya. Dan bila berpikir tentang ibu bagi anak anaknya, Ronald harus mencari yang terbaik. Jadi, bisakah Ersa di harapkan? Ronald Ragu, Ronald tak yakin.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar