Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Senin, 14 Februari 2011

Cerpen: Elegi 14 Februari ! 1

Sesaat setelah aku berhasil menggapai setitik cahaya di ujung lorong itu, aku menemukan seraut wajah berkalang duka, duduk bersimpuh di depan sesosok tubuh membeku. Kamu!! Ya, kamu yg selama dua tahun ini menjadi bagian dari hembusan napasku.
Sebelum...... Ah, kulihat sungai mengalir dari ujung matamu. Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir aku melihatmu.

Aku merogoh kantung kantung masa lalu. Ah, kamu masih ada di situ. Senyumku mengembang mengenang semua hal yg pernah kita lakukan bersama. Saat kamu menjadi hembusan napasku.
Sesuatu yg mungkin tak akan pernah lagi kutemukan setelah hari ini.

Kita bertemu dua tahun yang lalu. Saat aku berjuang menaklukkan penat dan putus asaku. Saat napasku satu satu, meniti setapak yg menanjak, membelah hutan, menyeberangi savana, melintasi danau, merayapi bebatuan di lereng lereng semeru.

Aku satu satunya wanita di antara ketiga temanku yg kesemuanya laki laki.
Sementara, kamu hanya seorang diri. Aku
memang terbiasa mendaki gunung.
Menikmati sentuhan tangan tangan Ilahi
pada pepohonan, bebatuan, riak mata air,
kicau burung, lenguh angin, letup kawah
dan cakrawala ketika fajar dan senja
mementaskan teater jingga, menjadi akhir
dan awal kembara hari sang bagaskara.
Tapi, baru kali itu, kulihat seseorang
melakukan pendakian seorang diri.
Apalagi mendaki ke Mahameru, yg merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa. Ah, kamu langsung membuatku
kagum saat itu.

Arloji di pergelangan tanganku menunjuk angka 2, saat aku dan ketiga temanku
meninggalkan Arcopodo, menuju puncak semeru.
Kulihat kamu berada beberapa langkah di belakang. Perlukan waktu tiga sampai empat jam untuk dapat tiba di Mahameru dari Arcopodo yg merupakan batas vegetasi, itu yg di katakan
teman temanku.

Kabut memagut. Menusuk. Melesakkan
butir butir embun sampai ke tulang.
Menggigilkan. Pelan pelan, aku pijaki batuan pasir yg mudah menggelincir. Dan kulihat di belakang, kamu, sesekali terpaksa harus menghindar dari runtuhan
kerikil yg kupijaki.

Setelah dua jam berjalan hampir tanpa istirahat yg berarti, langkahku mulai
tertinggal beberapa kaki di belakang ketiga temanku.

"Jalan je terus! Aku tak apa apa!" aku meneriaki ketiga temanku
yg tak sabar menungguku yg mulai kepenatan.

"Air?" kamu tawarkan botol minumanmu
kepadaku.

"Wah, kebetulan!" aku ambil botol air mineral dari tanganmu. Lalu bagai huma yg merindukan renik hujan, kutuang sebotol air mineral ke dalam kerongkongku yg melepuh.

"Ups... Habis...," aku meringhs menanti reaksi darimu.

Segaris senyum terbit di raut penatmu.
Ah, senyum itu... Rasanya tak rela kalau harus melupakan senyum itu untuk selamanya. Apakah di sana, aku akan
bisa menikmati senyummu itu? Entahlah.

"Teruskan?" tantangmu.

"Siapa takut!" jawabku.

Lalu, kita melanjutkan pendakian.

"Masih berapa lama lagi?"

"Kalau tak terlalu banyak
istirahat, tak lebih dari sejam kita
sudah sampai ke Mahameru untuk
menyaksikan Sunrise."

"Wah... Masih cukup jauh, ya? Ini pendakian pertamaku ke Semeru."

"Kenapa? Mau nyerah?" godamu.

"No retreat! No surrender!" jawabku tegas.

Ada kagum di binar matamu, saat aku mengatakan itu.

"Tapi...."

"Kenapa lagi?"

"Masih punya air?"

"Tenang je, masih ada beberapa botol lagi."

"Yes! Aman." kataku. Ah, lagi lagi kamu
mempertontonkan senyummu itu.

Teja sempurna membakar cakrawala. Menyemburat. Mengurai mega yg arak
berarak. Setelah tiga jam lebih, berjalan dari Arcopodo, kita berhasil menyinggahi puncak Mahameru, dataran tertinggi di pulau Jawa.

Tak ada kata kata yg keluar dari
mulutku. Sebab aku tak menemukan kata
kata yg tepat untuk melukiskan keindahan
yg membentang di pelupuk
mataku. Tak bedanya dengan kamu. Meski
waktu itu, kau katakan kepadaku, perjalanan
itu merupakan kali kedua kamu
menjejakkan kaki di puncak itu.

Dan tanpa kusadari, aku telah berada di
dalam dekapanmu. Kita seperti sepasang
merpati berhati renjana.

Lucu, memang. Kita bahkan belum
saling menyebutkan nama. Padahal,
sepanjang sisa pendakian saat itu, kita
banyak bertukar cerita. Tapi, kita malah
lupa saling memperkenalkan nama kita.
Kalau saja ketiga temanku yg sudah lebih dulu sampai tak mengerumuni kita
dengan mata mata yg memeram ribuan
tanda tanya, mungkin kita tak akan pernah
menyadari, kita memang belum saling
berkenalan secara resmi. Kita begitu
terbawa suasana.

"Eh. So.. Sory...," kataku dengan rona
muka yg memerah, serupa
dengan wajahmu saat itu. Lalu, kita sama
sama terjebak dalam kekakuan yang
membingungkan. Sindiran sindiran lawak
segera berhamburan dari mulut
ketiga temanku.

"Sendirian?" tanya Janu salah seorang
temanku yg berwajah oriental, mencairkan kebekuan.

"Berdua dengan Porter," katamu. " dia
nunggu di Arcopodo."

setelah itu, baru kita saling berkenalan.
Dan tentunya , tak lupa kita juga saling
memperkenalkan nama kita masing
masing. Ha ha ha....

Ah, aku selalu tak mampu menahan
tawa setiap kali terkenang awal
pertemuan kita....


******
B
E
R
S
A
M BUNG..

1 komentar: