Ucapan saya

Selamat datang d'blog saya,yang serba sederhana.



blog ini terbina untuk meluahkan perasaan dan mengisi waktu yang kosong. kepada penulis blog yang telah menyalin atau mencetak karya yang ada dalam blog ini,tanpa seizin saya,di harap me-delete daripada blok anda.



Terima kasih,,atas kerja samanya n perhatianya,,saya sangat menghargainya..

Senin, 04 April 2011

Ma'af ekk!!!

Lama x tengok blog ne, mungkin dah bersawang he he he

mungkin dah 1 bulan x buat cite
kerna: yg pertama keterbatasan waktu( busy kuliah)..
Memang tak mudah menjadi seorang penulis ekk, saya dapat merasakanye, uTk mendapatkan ide jugak sukar.
Tp saya bangga tengok teman2 semua yg berhasil menghasilkan karyanya dan dapat ide tiap hari...wahh..
Saya sempat berpikir mcm mana teman2 semua dapatkan ide tiap hari, heEe.. Kagum saya;) ,,
terkadang saya jugak suka menjadi seorang pembaca saja, memang cite teman2 best best semua;)
saya terpikir mcm mana juga bisa menghasilkan karya yg baik dan bisa memuaskan para pembaca.!!heE..

Yg kedua kerna adanye kendala ( kehilangan laptop )
tepat tgl 13 maret 2011 hari minggu, laptop kesayangan saya hilang, di curi orang.
Sampai sekarang belum dapat lagi, ho ho sedih pulak kalau mengingatnye ;-(
mungkin bukan rezeki saya lagi untuk bisa memiliki
laptop itu kembali..

sangat susah jugak untuk menulis tanpa laptop, kalau pakai hp programnya terbatas jadi tak bisa postkan entry baru..
Teman teman semua do'akan ye, biar dapat beli laptop lagik, he he...

Mungkin sampai di sini je curahan hati saya, sekali lagi saya minta ma'af tak bisa post entry..
Nanti kita ketemu lagi, tatatatata
sayang semua, mMmMmuUuUuaAaAaCcCchHhHh....

hehehe mcm tak nyambung pulak;)

Rabu, 02 Maret 2011

Sang Pendatang Baru ! 1

Namanya Brian Steelciawan.
Lelaki ini cukup tinggi, berkulit hitam manis dengan tahi lalat yang menghiasi pipinya, membuat ia semakin sedap di pandang. Anak
anak memanggil dia "Brian". Ya, anak baru
pindahan dari sekolah lain itu membuat
hati Mala tak karuan.

Semenjak Brian datang, Mala tak bisa bernapas lega. Dadanya selalu saja
terasa sesak oleh kehadirannya di kelas.
Dan semenjak itu pula, Mala masih belum
bisa menerima kehadiran sesosok lelaki
berwajah hans0me itu di kehidupannya.

Bukan kerna Mala suka sama Brian
yang hans0me, yang jadi perhatian gadis gadis di sekolahnya. Ada yang ngirim
surat, ngasih coklat, dan
masih banyak barang barang lainnya yang
buat Mala menggelebah.

Mala benar benar tak suka sama
anak baru itu. Melihat dari gayanya aja,
mala benci sangat. Baru masuk sudah nebar senyuman,
membuat gadis gadis satu sekolah selalu membicarakan dia.

Mala benar benar benci. Lihat saja
Brian, baru masuk saja sudah jadi
kesayangan guru guru. Mala, yang
biasanya jadi pusat perhatian, kini
tersandung oleh ketenaran Brian di
sekolahnya.

Selain tampan, Brian pun sangat pintar. Itulah yang membuat mala semakin benci sama Brian. Sering kali nilai nilai
Mala jauh di bawah Brian. Padahal Mala
adalah pelanggan tetap juara umum di
sekolah.

"Brian lagi, Brian lagi!" keluhnya pada
Tami, teman sebangkunya yg sebenarnya
naksir sama lelaki
hitam manis itu.

"Kenapa denganmu, Mal? Memangnya Brian berbuat apa denganmu? Tanyanya pada
Mala yg terlihat sangat kesal.

"Eh, kurang ajar tau tak,! Masa, pelajaran kimia dia dapat seratus? Paling juga dapat nyontek kali!" terka Mala menuduh Brian mencontek.

"Memangnya nilai exam kimia kamu berapa?" Tanya Tami yg kalau
berbicara nadanya seperti artis penyanyi yg baru naik daun.

"Tapikan selama ini hanya aku aja
yang nilainya paling tinggi, Tam," jawab Mala penuh emosi.

"Kamu ini Aneh, Brian yg hitam manis itu benar benar kamu benci. Aku tak mengerti pikiran kamu, Mal!" seru Tami tak paham
mengapa Mala begitu benci sama Brian.

"Ya udahlah, jangan membicarakan Brian si sewel itu lagi, bisa pekak telinga aku tau tak!" Dan akhirnya Mala melupakan sejenak si hitam manis itu. Mereka pun segera menuju ke kantin sekolah yg tak jauh dari kelasnya.

***

malam belum juga kunjung pagi.
Terdengar suara jangkrik menemani
waktu belajar Mala di malam kelam itu.
Teh hangat yg ia buat sendiri, diseruputnya secara perlahan. Lalu Mala duduk di samping meja belajar yg
terbuat dari kayu jati, oleh oleh papanya
dari perjalanan bisnis ke Jepara.

Mala pun membolak balikkan buku
pelajaran, membukanya selembar demi selembar, kerna besok Mala harus menghadapi ujian semestar yang pertama di kelas dua ini.
Keheningan membuat konsentrasi belajarnya tak terganggu. Namun, sosok lelaki hitam manis itu selalu hilir mudik dalam pikirannya.

Brian, Brian lagi! " kenapa harus ada si
Brian brengsek itu?" bisik Mala dalam hati kecilnya.
Mala mencoba menghilangkan bayangan Brian dalam pikirannya. Tapi, mengapa tak hilang? Konsentrasi
belajarnya pun seketika itu buyar....

***

"Brian, how are you today?" tanya Dita,
teman sekelas Mala, sambil menggodanya dan Brian pun hanya menyunggingkan senyumnya yg manis.
Mala cuma memandang kesal ke arah Brian, si penebar senyum. Spontan saja, Mala menunjukkan wajah juteknya pada Brian.
Dan lagi lagi Brian hanya tersenyum padanya.

Memang, tak ada yg salah dari
Brian. Dia lelaki yg baik, ramah, murah senyum, dan juga tampan. Sebenarnya
Mala pun tak dapat memungkiri hal
tersebut. Hanya saja, Mala tak suka
seseorang dapat mengalahkannya, baik itu
lelaki maupun wanita.

Mala sudah terbiasa dirinya yg
selalu hebat di kelas. Dari soal menghitung, analisis bahkan olahraga pun
dikuasainya. Mala bahkan pernah
menjuarai lomba science tingkat nasional.
Olahraga, ia pernah mendapatkan medali emas tingkat propinsi dalam cabang lompat jauh.

Memang, Mala sering mengalami
kegagalan. Namun, kegagalannya itu
yg membuatnya semakin berpengalaman.
Ia pernah hanya menjadi juara
ketiga dalam lomba membaca puisi yg
di buatnya sendiri. Tapi, kerna semangatnya
yg kuat ia semakin pandai dalam
membuat puisi.

Hari ini, hari yg buruk bagi Mala.
Bukan kerna puisinya, yg selalu
di puji orang. Tetapi kerna nilai
ujiannya yg jauh di bawah Brian.
Seharusnya, sebelum ada Brian,
Mala menjadi tempat teman temannya berlangganan tanya jawaban soal.
Tetapi kini semuanya beralih pada Brian dan Brian! Mala hanya bisa menggerutu dalam hati kerna nilai
ujiannya, yg sebenarnya baik
namun masih kalah dibanding nilai Brian.

***

BeRsAmBuNg....;)

Senin, 14 Februari 2011

Cerpen: Elegi 14 Februari ! End

Aku tak perlukan waktu lama untuk
menyadari, bahwasanya cinta telah
menentukan pilihannya. Kubiarkan kepak
sayap sayap cinta menerbangkan
kepingan hatiku yg renjana.

Hanya beberapa saat kamu tiba di
rumahmu, kamu meneleponku. Aku
sendiri yg mengangkat telepon darimu
itu. Kamu katakan kepadaku, kamu
bahkan belum bertemu dengan kedua
orangtuamu. Dan seperti tak mau membuang
waktu, kau ungkapkan sesuatu
yg membuat aku sangat terkejut saat itu.
Kamu katakan kepadaku,

" Aku mencintaimu!"

Ah, aku langsung membisu. Segera
kututup telepon. Ah, kalau saja kamu bisa melihat rona merah di wajahku saat itu.
Aku bahkan sampai melompat lompat
kegirangan, sebelum meneleponmu. Dan
kukatakan kepadamu,

"Aku juga mencintaimu!"

tak ada kebahagiaan yg melebihi
kebahagiaan yg kurasakan saat itu.
Kalau saja tak ada jarak yg memisahkan
kita, aku akan berlari ke rumahmu.
Tapi...pantas tak, ya? Ah, kenapa harus tak pantas. Yg pasti, aku ingin sekali
bisa menikmati senyummu itu!

Dan mulai detik itu, kamu adalah bagian
dari hembusan napasku. Hidup di organ
paru paruku. Menjelma udara di sekitarku.
Menyatu dalam setiap tarikan napasku.
Kapanpun dan di mana pun aku, selama
napas ini masih berhembus, kamu akan
selalu ada dalam diriku.
Tak peduli ratusan mil jarak yg
membentang di antara kita.
Kita akan selalu bersatu,
sampai Izrail menemukan nama salah
satu di antara kita tertulis di atas selembar
daun yg jatuh di kakiNya.

Dua tahun masa yg bahagia. Kalau
kebahagian memang benar nyata adanya.
Masa yg hampir sempurna. Kesempurnaan
yg tentunya tak akan tersempurnakan
kini.
Sebab yg tertinggal hanya
kegetiran menyaksikan dirimu menangis
memandangi seonggok tubuh membeku
yang terbujur di hadapanmu.

Semestinya, ini hari yg sangat
bahagia. Sebab pada hari ini, semua
orang merayakan hari kasih sayang.
Mungkin dirasa perlu merayakan Hari
Kasih Sayang... Semenjak negeri ini
terkungkung dalam krisis multidimensi,
kasih sayang jadi serupa mimpi mimpi
yg hanya bisa kita nikmati saat tidur
malam. Atau kehidupan kini memang
layaknya mimpi mimpi? Kalau iya, aku
ingin segera bangun dari tidur dan
melupakan mimpi buruk yg sedang
kujalani saat ini. Tapi, mana mungkin...
Aku tak mungkin mengubah takdir yg
telah digariskan.

"Telah kutempuh ratusan mil jarak yg membentang
hanya untuk berbagi kasih sayang di Hari
Kasih Sayang, dengan seseorang yg
selama ini menghuni organ paru paruku,
menjelma udara di sekitarku, menjadi bagian dari
hembusan napasku dan menyatu dalam
setiap tarikan napasku. Sebab kau adalah kekasihku." Begitu yg kau ucapkan di sela sela tangismu. Dan itu pula yg
menjadi keinginanku. Ah, kalau saja kamu
bisa mendengarku... Tapi kamu tak
mungkin mendengarku. Jadi, aku tak mengatakan apa apa kepadamu. Aku
hanya diam, sambil menangis. Ya, sambil menangis.

Terkadang keinginan memang tak
selalu segaris dengan kenyataan. Kemarin,
aku masih bisa bermain main dengan
bayangan wajahmu. Berharap Dia terlambat menjemputku.
Aku masih ingin merasakan
dirimu seutuhnya, bukan dirimu yg
menjelma udara di sekitarku.
Aku ingin menyentuh wajahmu dengan
jemariku, merasakan desah napasmu di
telingaku, membenamkan tubuhku ke bidang dadamu,
lalu kita menyatu dalam setiap tarikan
napas.
Seperti Sam Pek-Eng Tay, kita akan menjelma sepasang merpati
berhati renjana, bercinta di layar jingga
cakrawala ketika fajar memendar dari
balik puncak Mahameru.

Tapi, Dia tak mungkin mengundurkannya barang sedetikpun. Kerna itu yg
telah ditetapkan-Nya. Dia hanya menjalankan
apa yg diperintahkan-Nya. Tak mungkin membantah.
Kerna dia memang diciptakan untuk melakukan tugas itu.
Memisahkan nyawa dari raga tiap
manusia, ketika telah sampai
waktunya tiba.

Ya, Dia yg kumaksud adalah Sang Maut. Izrail Hari ini, namaku telah tertulis
di atas selembar daun yg jatuh di
kakinya. Dua tahun, aku telah merahasiakan penyakitku padamu.
Sudah lama kanker itu bersarang di otakku. Aku melakukan
itu kerna tak mau kamu bersedih.
Aku tak sanggup melihat telaga matamu mengering.
Dan kini, harus kubawa rahasia itu ke liang kuburku.

Ryan.... Akhirnya aku hanya bisa
berharap, semoga namaku akan selalu
terpahat di kepingan hatimu. Seperti
namamu yg akan selalu terpahat di
dinding pusara hatiku. Maaf, kalau
kepergianku yg tanpa permisi, membuat
hatimu merengkuh luka.

Sudah ya, Ryan... Awan hitam telah
menyelimuti langit di atas kepala. Hujan
sebentar lagi akan tercurah.
Seperti air mataku. Yg akan mengiringi kepergianku. Dan itu tandanya.
Kamu harus segera menguburku.
Selamat tinggal!

***** TaMaT*****

sory, kalau x best.
Cerpenye merepek, entah jadi ceita apa,he he